 |
| ilustrasi : Siring Laut Kotabaru |
Interaktif,
Kecenderungan manusia adalah berdalih menyalahkan alam jika terjadi bencana; banjir, kebakaran, gempa bumi dan lainnya, bahkan menganggapnya sebagai peringatan, ujian serta hukuman dari Tuhan. Kebanyakan mereka seolah mencari pembenaran atas rusaknya lingkungan yang mereka lakukan.
Alam punya cara dan sistemnya sendiri untuk membalas segala perbuatan manusia dikarenakan merusak lingkungan dan alam. Ini hukum sebab akibat, hukum casualitas; ada reaksi dikarenakan adanya aksi.
Contoh saja, air pasang yang sering melanda kawasan objek wisata Siring Laut Kotabaru. Kondisi ini seolah dianggap kesalahan alam, padahal kita tahu di daratan Pulau Laut terjadi perusakan alam yang cukup masif oleh kegiatan pertambangan dan perkebunan yang mengabaikan konsep-konsep pemeliharaan dan pelestarian lingkungan.
Begitupun peristiwa kebakaran, jangan selalu menyalahkan api, tapi koreksi konsep mitigasi apakah sudah benar serta pengaturan lingkungan dan permukiman yang teratur pula.
Kondisi di Kotabaru ini hanyalah sebagian kecil contoh yang juga sebenarnya terjadi di daerah lainnya terutama di wilayah Propinsi Kalsel; yang sebagian besar wilayah hutannya telah digunakan untuk perkebunan, pertambangan, serta masih adanya penebangan hutan secara liar.
Sikap tegas Pemerintah sangat diharapkan untuk benar-benar memperhatikan permasalahan lingkungan, tak cuma fokus pada pendapatan daerah, peningkatan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru, karena semua pencapaian akan jadi sia-sia jika alam bereaksi melakukan pembalasan. ©Jurnalisia™
👀 1762
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.