Ironis dan Miris memang, di Tanah Banjar, di wilayah Propinsi Kalsel, dimana suku Banjar merupakan mayoritas penduduk, dan bahkan satu diantara suku pribumi di Pulau Kalimantan, tapi ada sesuatu yang malah kurang diminati oleh orang-orang dari Suku Banjar.
Lagu Banjar.
Lagu yang liriknya dalam bahasa Suku Banjar, baik dalam dialek Kuala, Batang Banyu maupun dialek Pahuluan. Lagu dalam Bahasa Banjar kurang diminati, bahkan belum menjadi pilihan utama di tanahnya sendiri atau Banua. Padahal tak sedikit Lagu dalam Bahasa Banjar yang bagus dan tak kalah dari lagu-lagu dalam bahasa daerah lainnya di Indonesia.
Di wilayah bagian Tenggara Pulau Kalimantan yakni di kawasan Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu, lagu Banjar malah kalah diminati dari lagu-lagu Bugis.
Lagu Bugis berjudul Iyapa Makanja Ampemu; lebih sering didengar dan dinyanyikan daripada misalkan lagu Banjar yang berjudul Baras Kuning yang dikemas dalam genre jazz.
Sejumlah lagu Bugis seperti; Jancimu Taroe, Balo Lipa, Si'di Juta Tellu Ratu, Itaneng Tenri Bolo, Puadai Pappoji Ko Mappojikki, dan lainnya malahan lebih akrab di telinga dan sering dinyanyikan.
Apakah lagu Banjar kehabisan Pencipta Lagu dan Musisi ? Tentu tidak, hanya saja mungkin kebanyakan lagu Banjar bergenre Dangdut yang aransemen-nya digarap cuma menggunakan alat musik Synthesizer yang sering dikenal sebagai Organ Tunggal, sehingga musiknya terdengar monoton.
Nah, bagaimana menurut kalian, sebaiknya lagu Banjar seperti apa agar lebih diminati terutama oleh para penutur Bahasa Banjar ? Silakan tulis pendapat kalian disini. ©Jurnalisia™
👀 30388
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.