Terkecuali ulil amr (bukan ulatul amr) itu berbuat zalim atau memerintahkan berbuat zalim dan kemaksiatan; sehingga rakyat boleh tidak taat dan bahkan melawannya.
Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡ ۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا
"Wahai orang-orang yang beriman ! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 59)
Firman Allah di atas sangat jelas sekali; sehingga rakyat (umat Islam, Red) wajib taat dan bersikap sami'na wa atha'na; kami dengar dan kami taat.
Allah menyeru orang-orang yang beriman. Jika seruan Allah itu tak ditaati, padahal ulil amr tak bersikap dan berlaku zalim, maka seseorang itu bukanlah termasuk golongan orang yang beriman.
Berikutnya Allah memberikan solusi terhadap perbedaan pendapat dalam berlaku taat kepada ulil amr; yang mana Allah memerintahkan untuk kembali kepada 2 sumber utama dalam Agama Islam yakni quran dan hadits (sunnah), sederhana.
Namun sudah menjadi sifat manusia yang sangat suka bertengkar dikarenakan berbeda pendapat; masing-masing menggunakan pendapat sendiri hasil dari interpretasi logika; sehingga melupakan sumber yang telah digariskan oleh Allah dan RasulNya.
Taat kepada ulil amr ini sangat penting, karena jika rakyat taat, maka ulil amr akan tenang dalam menjalankan amanah untuk menyejahterkan rakyatnya dan menuju serta mencapai yang dinamakan baldatun thayibbah warabbun ghafur. ©Jurnalisia™
👀 5804
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.