ilustrasi |
Mungkin para pembaca pernah membaca maupun mendengar kalimat yang bunyinya; sorga dan neraka itu adalah fiksi.
Ya, fiksi.
Kata "fiksi" ini banyak yang belum memahami arti dan maknanya yang berbeda dari kata "fiktif" dalam etimologi penggunaan Bahasa Indonesia; karena kata ini bukanlah asli perbendaharaan Bahasa Indonesia tapi diambil dari bahasa lain yakni bahasa Eropa yang dalam Bahasa Inggris; fiction (baca; fiksyen).
Fiksi, merujuk kepada sesuatu objek yang hanya dapat dibayangkan oleh imajinasi dan khayalan manusia sejauh dan sebatas mana manusia itu pernah melihat suatu objek dengan mata fisiknya; kemudian membayangkan dan menggambarkannya serta membandingkannya secara imajinasi antara yang pernah dilihatnya dengan yang belum pernah dilihatnya.
Terkait sorga dan neraka yang dipercaya banyak umat beragama sebagai 2 tempat yang saling berlawanan di dunia lain; sorga yang indah tiada tara dan tiada bandingannya penuh kenikmatan sebagai ganjaran bagi manusia baik, dan neraka yang sangat teramat buruk tiada tara dan bandingannya pula sebagai tempat penyiksaan; sebagai reward bagi para manusia jahat.
Baik sorga maupun neraka hanyalah 2 tempat atau objek yang fiksi; yang belum pernah dikunjungi dan dilihat oleh manusia manapun terkecuali 2 manusia; terutama menurut kitab-kitab agama Abrahamik yaitu Adam dan Hawa (Eva) yang pernah mengetahui sorga karena keduanya sempat jadi penghuninya sebelum diusir oleh Tuhan ke Bumi.
Sorga dan neraka ini merupakan semacam iming-iming; janji dan ancaman Tuhan bagi para manusia di Bumi (dunia) agar mereka taat kepada segala perintah Tuhan dengan 2 konsekuensi; jika taat maka akan mendapat sorga, dan sebaliknya dihukum di neraka jika tidak taat.
Nah, bagi yang percaya adanya doktrin terkait sorga dan neraka; silakan membayangkannya sesuai dengan imajinasi, bagi yang mempercayai sorga dan neraka itu tempatnya justru di Bumi ini; silakan pula mencari atau menciptakan sorga sendiri, dan sedapat mungkin menghindari neraka. ©Jurnalisia™
👀 4014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.