Interaktif | Apa Kabar Para Pengungsi Muslim Rohingya Sekarang ?

courtesy : bbc

Interaktif,

"Kamu tidak harus menjadi seorang Muslim untuk bersimpati, mendukung dan membantu Palestina, tapi cukup jadi manusia."

Itulah kalimat yang akhir-akhir ini sering terdengar dan terbaca di berbagai platform media sosial dari para orang yang mencoba bersikap bijak.

Cukup jadi seorang manusia.

Karena seseorang barulah dapat disebut manusia seutuhnya jika memiliki hati nurani dan menggunakannya untuk berempati dan bersimpati, di luar dari definisi ini silakan simpulkan sendiri masing-masing.

Terutama sebagian umat Islam di dunia berempati, simpati serta memberikan dukungan kepada rakyat dan negara Palestina yang sedang berperang saat ini. Telah ribuan nyawa melayang berikut harta benda yang musnah. Namun kita pastikan dukungan tersebut bukan karena terkait agama (Islam) tapi karena kemanusiaan semata.

Mata rakyat dunia saat ini sedang tertuju dan fokus ke wilayah Timur Tengah, ke 2 titik yakni Palestina dan Israel terutama terhadap nasib rakyat Palestina yang menjadi korban serangan balasan Israel. Semoga saja rakyat dunia yang berperikemanusiaan tidak lupa dengan pembantaian etnis Rohingya Muslim oleh Myanmar, mereka itu juga manusia sama seperti kita yang mengkalim diri sebagai manusia.

Dikutip dari BBC, para penyelidik PBB mengatakan sedikitnya 10.000 orang dibunuh dan lebih dari 730.000 Muslim Rohingya pergi ke Bangladesh guna melarikan diri dari pembantaian. Di Bangladesh para pengungsi itu ditampung di satu tempat bernama Cox's Bazar di tenggara Bangladesh yang berbatasan dekat dengan Myanmar. Kemudian mereka dipindahkan ke Pulau Bachan Char yang terletak sekitar 60 Km dari daratan utama Bangladesh. Untuk merelokasi setidaknya 100.000 pengungsi Rohingya ini Pemerintah Bangladesh merogoh kocek sekitar Rp 5,1 trilyun.

Pengungsi Rohinya yang tidak ke Bangladesh, ada yang melarikan diri ke Malaysia dan Indonesia, yang ditampung di wilayah Propinsi Aceh sebanyak 644 orang. 

Telah 6 tahunan pengungsi Rohingya ini terkatung-katung di sejumlah negara, terusir dari tanah kelahiran mereka. PBB sendiri tak bisa memastikan nasib para warga tanpa negara terbesar di dunia untuk 5 tahun ke depan.

Apa kabar mereka sekarang ? Semoga mereka sedang baik-baik saja. Yang sabar ya, belum giliran kalian, rakyat dunia sedang fokus ke rakyat Palestina dulu. ©Jurnalisia™