Bripka Mislan, Bhabinkamtibmas Desa Ulin Sejahtera telah
usai mandi dan sedang akan berpakaian dinas dan kemudian sarapan di warung kopi Acil Bayah yang tak jauh dari rumah kantor.
Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu rumah kantor. Bripka Mislan yang sudah bercelana panjang namun masih pakai kaos bergegas menuju pintu dan membukanya. Di depan pintu sedang berdiri seorang pria setengah tua.
“Ada apa mang sepagi ini sudah kesini ?” tanya Bripka Mislan kepada Amang Mahmud, panggilan pria itu.
“Anu pak, si Undul mati gantung diri di rumah sewaannya,” cerita Amang Mahmud dengan muka sedih.
“Iya Mang, tunggu sebentar saya pakai baju dulu, kita
sama-sama kesana,” ujar Bripka Mislan.
Tak berapa lama kemudian Bripka Mislan sudah berpakaian Polisi lengkap. Mereka pun pergi menuju ke rumah sewaan H. Gapuri tempat dimana selama ini Undul tinggal.Setibanya disana, di tempat tinggal Undul, warga sudah berkumpul di depan pintu rumah tempat kejadian.
“Siapa yang pertama kali tahu kejadian si Undul gantung diri ?” tanya Bripka Mislan ke para warga yang sedang berkumpul itu.
“Saya pak,” jawab Abul, yang diketahui merupakan teman dari Undul.
“Coba kamu ceritakan bisa sampai tahu si Undul gantung diri,” pinta Bripka Mislan ke Abul.
Abul pun menceritakan awal mula ia bisa tahu kalua temannya itu ia temukan gantung diri di rumah sewaannya. Subuh tadi menurut Abul ia pergi bermaksud menjemput Undul untuk pergi kerja memburuh di pelabuhan ikan. Cukup lama ia mengetuk pintu dan memanggil-manggil Undul namun tak juga ada sahutan dari dalam rumah, sehingga tetangga di kanan kiri Undul sampai bangun dan keluar dari rumah mereka.
“Setahu saya si Undul ada aja didalam rumah, karena tengah malam tadi saya dengar dia pulang,” ujar Mas Parjo, tetangga kanan rumah Undul.
“Iya, saya juga tahu kalua Undul tadi malam pulang dan ada di rumahnya,” tambah Daeng Baco, tetangga kiri Undul.
Karena sudah cukup lama tak juga si Undul keluar dari rumahnya, Abul pun merasa cemas jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi terhadap Undul. Ia dan kedua tetangga Undul pun akhirnya sepakat memutuskan membongkar pintu rumah. Dan ketika pintu berhasil dibongkar, alangkah terkejutnya mereka. Undul tergantung dengan seutas tali nilon yang diikatkan ke palang kayu penyangga atap, di dekatnya terdapat kursi plastik yang posisinya rebah. Kondisi Undul hanya bercelanan panjang tanpa baju, dan lidahnya menjulur keluar.
“Nah, begitulah pak awal mulanya kami mengetahui si Undul gantung diri,” Abul mengakhiri ceritanya.
Adapun Amang Mahmud kebetulan lewat di depan rumah sewaan H. Gapuri sepulang dari mushala usai shalat subuh, dan diminta mereka untuk melapor ke Bripka Mislan.
Langkah pertama yang dilakukan oleh Bripka Ruslan adalah mengamankan tempat kejadian agar tak seorang warga pun yang mendekati mayat undul. Bripka Mislan kemudian memeriksa kondisi mayat tersebut, dan menyimpulkan taka da tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh mayat. Bripka Mislan mengambil foto-foto tempat kejadian dan mayat, serta membuat catatan untuk nantinya sebagai bahan laporan kegiatannya selaku Bhabinkamtibmas.
“Adakah yang mengetahui keluarga si Undul ini ?” tanya Bripka Mislan ke para warga yang masih berkumpul.
“Saya tidak tahu pak perihal keluarga si Undul ini, karena selama ini dia tidak pernah cerita dari mana ia berasal dan tentang keluarganya pula,” jawab Abul.
Jawaban Abul itu pun disetujui oleh para warga lainnya. Mereka selama ini tahunya kalau Undul hidup sendiri di rumah sewaannya itu.
“Ya sudah kalua begitu. Turunkan mayat itu, kita bawa ke mushala saja untuk dimandikan, dishalatkan dan dikuburkan,” kata Bripka Mislan.
Dibantu sejumlah warga Bripka Mislan mengurusi mayat Undul supaya bisa disegerakan dimakamkan. Bripka Mislan berkoordinasi dengan Ketua RT, pengurus Mushala dan Tokoh Warga.
Menjelang tengah hari akhirnya mayat Undul pun siap dishalatkan di Mushala Al Ikhlas yang berada di sekitar rumah sewaan H. Gapuri.
Jenazah
Undul akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Ulin Sejahtera atas rekomendasi dan persetujuan dari Rukun Kematian di desa itu.
Dari mulai mengurus tempat pemakaman, membeli kain kafan, untuk nisan, hingga konsumsi untuk warga yang membantu proses pemakaman Undul hingga selesai; berasal dari kocek Bripka Mislan.
“Untung kita punya Bhabinkamtibmas seperti pak Mislan. Orangnya baik, ramah, sosial namun tegas,” ungkap Mas Parjo.
“Pak Mislan itu sering ikut minum kopi dan kumpul dengan warga di warung Acil Minah, makan minum kami sering dibayarkan oleh pak Mislan, cerita Abul.
Para warga pun masing-masing bercerita tentang sosok Bripka Mislan sebagai sosok seorang Polisi yang sangat peduli warga dan suka membantu.
“Kalau pak Mislan masih jadi Bhabinkamtibmas di desa kita ini, pokoknya aman, beliau itu Polisi ideal,” ujar Daeng Baco. (ISP™)
*Kesamaan tempat, nama dan karakter hanyalah kebetulan, semua ini adalah fiktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.