"Saya mencari tahu apa sebenarnya esensi dan istilah tanwir yang digunakan teman-teman Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Ternyata kata tanwir itu muncul dan resmi digunakan pada tahun 1932 dan diresmikan pada tahun 1935 dalam muktamar ke 24 di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan," ungkap M. Syaripuddin, SE, M.AP, Wakil Ketua DPRD Propinsi Kalsel, pada pembukaan sambutannya di Tanwir ke 31 Ikatan Muhammadiyah, Kamis (16/03/23), di Banjarmasin.
"Horizon persoalan tantangan dan kehidupan di ranah lokal, nasional dan global kian semakin tinggi dan luas. Pada saat yang sama daya hidup kebersamaan dalam kekuatan sisten yang menjadi karakter Muhammadiyah harus selalu membingkai, dan pada saat yang sama sebagai panggilan dakwah kita harus selalu hadir sebagai ummatan," ujar Wakil Ketua DPRD propinsi Kalsel seperti mengutip Prof. Haedar Nashir, Ketum PP Muhammadiyah.
Ditambahkannya, sebagai kelompok muda terpelajar, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah wajib menjadi kaum intelektual yang berorientasi terhadap nilai keislaman yang berkemajuan dan progresif. Untuk itu ia juga mengajak untuk menginternalisasi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang mengandung makna dan fungsi sebagai petunjuk untuk menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan bangsa bahkan dunia. ©Jurnalisia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.