Interaktif | Tahun Politik, Tentukan Sikap Sebagai Pemilih Yang Berdaulat - Jurnalisia™

  • Jurnalisia™

    Mengusung Kearifan Lokal

    Jurnalisia™

    Sumber Data Cuaca: https://cuacalab.id

    Selasa, 27 Desember 2022

    Interaktif | Tahun Politik, Tentukan Sikap Sebagai Pemilih Yang Berdaulat

    Dermaga di Tanjung Seloka Kotabaru
    (foto : Marhadi)
    Interaktif,
    Ada sejumlah hal yang sulit dilakukan kebanyakan orang Indonesia, yakni dendam dan melawan lupa, dan orang Indonesia pun kebanyakan pemaaf.

    Dendam, disini bukan berkonotasi kepada sifat yang buruk tapi dendam terhadap hal-hal buruk. Misalkan saja seorang Politisi yang pada waktu berkampanye mengumbar banyak janji untuk memperhatikan masyarakat, namun begitu sudah terpilih dan duduk di kursi Legislatif; dia lupa semua terhadap janjinya, tapi masyarakat memaafkannya.

    Melawan lupa, sulit bagi kebanyakan orang Indonesia untuk tidak lupa; melupakan segala keburukan seseorang, bahkan mereka tak jarang mengingat hal-hal baik tentang orang itu. Contohnya; Soeharto, Presiden Indonesia yang memerintah selama lebih dari 3 dekade di era rejim Orde Baru, Kepala Negara yang disebut-sebut sebagai yang terkorup di dunia, menghilangkan banyak nyawa rakyatnya terutama dalam masa-masa penumpasan ideologi Komunisme, nepotisme, memberangus media massa yang kontra pemerintah dan lain sebagainya.

    Beberapa bulan ke depan Indonesia sudah berada di tahun politik. Tahapan-tahapan Pemilu sudah dilakukan terhadap Parpol yang akan menjadi Peserta Pemilu 2024 mendatang. Riak-riak siapa yang bakal calon Legislator sudah mulai dilakukan oleh Parpol yang dinyatakan lolos sebagai Peserta Pemilu.

    Masyarakat kita 'adem ayem' saja, tetap fokus berusaha mencari nafkah untuk kebutuhan hidup keseharian. Mereka tak peduli siapapun yang bakal maju sebagai Calon Legislatif (Caleg) di daerahnya. Mereka kebanyakan lupa kalau pembangunan di daerah mereka yang tertinggal dan terbengkalai itu adalah ulah para Legislator, Politisi Busuk yang cuma mengobral janji saat berkampanye.

    "Kalau ada duit transport, Sembako, kaos, sarung, peci, topi, kalender; aku akan pilih," ini kalimat yang nyaris terlontar dari kebanyakan masyarakat pemilih di negeri yang Pemerintah-nya sudah menumpuk utang sebanyak lebih dari Rp 7 ribu trilyun ini.

    Lihat, berapa banyak fasilitas umum yang rusak dan tak diperbaiki, sementara Pemerintah menaikkan harga dan tarif bermacam kebutuhan pokok rakyatnya; BBM, tarif angkutan, cukai rokok, cukai plastik, dan lainnya, akibatnya harga-harga lainnya pun turut naik; harga Sembako naik, biaya transportasi naik dan sebagainya.

    Seharusnya rakyat, masyarakat, warga bisa menahan diri terhadap euforia Pemilu yang hanya terjadi dalam kurun 5 tahun. Bersabar diri sambil menganalisa kinerja dan hasil kerja para Legislator dan Kepala Pemerintahan, sehingga nantinya mendapatkan hasil pilihan yang benar; amanah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya.

    Pemberian, atau kasarnya adalah penukar hak suara yang diberikan oleh para Caleg maupun Calon Kepala Daerah tak terkecuali Calon Presiden melalui tim sukses; hanyalah 'duit recehan' yang sama sekali tak sanggup membiayai kebutuhan untuk 5 tahun.

    Pemilu sudah di ambang pintu tahun politik, akan disusul Pemilihan Kepala Daerah dan Presiden, maka persiapkan diri kita semua untuk benar-benar menjadi pemilih yang berdaulat, bukan pemilih yang mata duitan. ©Jurnalisia

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.

    Beranda

    ... ...