Pemerintah melalui Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2023 berencana akan membatasi pembelian LPG (Liquid Petroleum Gas) atau gas Elpiji 3 Kg Bersubsidi.
Dikutip dari berbagai sumber, pembatasan dilakukan dengan pembelian melalui aplikasi online yakni MyPertamina seperti halnya yang dilakukan kepada pembelian BBM jenis Pertalite.
Menurut Kementerian ESDM, untuk mendorong pelaksanaan pembatasan pembelian LPG 3 kg sesuai yang berhak, Pemerintah juga akan mengintegrasikan data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) dengan MyPertamina.
Sontak rencana Pemerintah itu menuai banyak tanggapan dari masyarakat baik pro maupun yang kontra, sejauh ini kebanyakan mempertanyakan rencana tersebut terkait efektivitasnya.
Terdapat pula yang mengaitkannya dengan pelaksanaan Pemilu dengan menggunakan aplikasi untuk menghemat biaya anggaran yang trilyunan rupiah.
Kenapa Pemilu dan Pilkada tak pakai aplikasi saja ?
Itulah pertanyaan yang belum bisa dijawab secara tepat oleh Pemerintah.
Dikutip dari website Sekretariat Kabinet, Pemerintah melalui Kementerian Keuangan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 25,59 trilyun untuk Pemilu 2019, atau naik 61% dibanding anggaran untuk Pemilu 2014 sebesar Rp 15,62 trilyun. Ini sungguh uang yang sangat banyak.
Masih menurut website Sekretariat Kabinet, selain anggaran penyelenggaraan Pemilu 2019 sebesar Rp 25,6 trilyun, juga dialokasian anggaran untuk pengawasan sebesar Rp 4,85 triliun (naik dibanding 2014 sebesar Rp 3,67 trilyun), dan anggaran keamanan dialokasikan sebesar Rp 3,29 trilyun (anggaran 2014 Rp 1,7 triliun). Begitupun anggaran untuk kegiatan pendukung Pemilu, meningkat dari Rp 1,7 trilyun pada Pemilu 2014 menjadi Rp 3,29 trilyun pada Pemilu 2019.
Di Pemilu 2024 nanti Pemerintah akan menggelontorkan uang trilyunan rupiah lagi.
Nah, para pembaca bagaimana kalau Pemilu juga menggunakan aplikasi; agar anggaran biaya Pemilu bisa dihemat untuk keperluan yang jauh sangat penting bagi keperluan rakyat ? Silakan berpendapat, tulis di kolom di bawah tulisan ini.
©Jurnalisia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.