Sejarah Indonesia yang dajarkan di sekolah-sekolah terutama tingkat SD hingga SLTA hanya mengungkap 7 Presiden yang pernah memimpin Indonesia hingga saat ini yakni; Soekarno, Soeharto, B.J Habibie, Abdurrahman Wachid, Megawati Soekarnoputri, Soesilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, ditambah yang sedang berkuasa saat ini; Prabowo Subianto.
Padahal menurut banyak sumber terdapat 2 orang yang dapat dianggap sebagai Presiden yang sangat jarang diungkap, dan ke 2 sosok ini sangat besar jasanya, bahkan andai saja tak ada ke 2 sosok ini; niscaya Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945; telah tiada.
Syafruddin Prawiranegara, bermula pada 19 Desember 1948 Belanda menyerang ibukota kala itu Jogyakarta, dan menangkapi para pemimpin Indonesia; Soekarno, Hatta dan lainnya. Belanda berkeyakinan dengan menduduki dan menguasai ibukota RI dan menangkapi para Pemimpin Indonesia, maka Indonesia tak ada lagi.
Dalam situasi seperti itu Presiden Soekarno memberikan mandat kepada Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berpusat di Bukittinggi Sumatera Barat, dan Syafruddin Prawiranegara pun memimpin Indonesia untuk sementara waktu dari 22 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949, namun sayangnya Syafruddin Prawiranegara tak menyebut dirinya sebagai Presiden tapi Ketua PDRI.
Mr. Assaat, ia menjabat sebagai Presiden Indonesia di masa kekosongan kekuasaan karena Soekarno kala itu sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Hatta sebagai Perdana Menteri yang terbentuk setelah pengembalian kedaulatan pada 27 Desember 1949.
Sejarah Indonesia yang diajarkan di sekolah-sekolah tak menyebut ke 2 orang ini, negara pun tak menghargai mereka sebagaimana mestinya, padahal Soekarno selalu menggaungkan 'Jasmerah', Jangan sekali sekali melupakan sejarah di masanya.
Di era reformasi ini jangankan seorang Pejabat Presiden, Pejabat Gubernur, Pejabat Bupati atau Walikota saja dicatatkan namanya dan dijadikan dokumen.
Jasmerah, hanya retorika setelah Soekarno tak ada lagi di muka bumi ini. ©Jurnalisia™
👀 20178
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.