Humaniora | Hati Hati Dengan Aksara Arab - Jurnalisia™

  • Jurnalisia™

    Mengusung Kearifan Lokal

    Jurnalisia™

    Sumber Data Cuaca: https://cuacalab.id

    Sabtu, 17 September 2022

    Humaniora | Hati Hati Dengan Aksara Arab

    Humaniora Jurnalisia,
    Saya sangat yakin jika aksara Arab (huruf hijaiyah) bertuliskan Allah terdapat pada telur, buah-buahan, batu, awan, bahkan di pantat sapi atau kerbau pun, akan dianggap sebagai suatu keajaiban oleh kebanyakan orang (baca Muslim) di negeri ini.

    Kenapa demikian ? 
    Dikarenakan tulisan Allah itu tercipta dengan sendirinya tanpa ada yang menuliskan atau menorehkannya dengan sengaja. Tapi akan jadi lain jika tulisan huruf Arab yang sangat sakral itu sengaja dibuat atau ditulis oleh seseorang di sepatu ataupun panci, dipastikan akan menuai protes dari suatu kumpulan manusia yang mengklaim sebagai Pembela Islam.

    Beberapa tahun lalu Saya ingat juga sempat heboh terkait adanya tulisan lafadz Allah yang terdapat di sol sepatu. Bukan main sebagian besar umat Islam negeri ini dengan sangat mudah terpancing emosinya lantaran tulisan sakral itu. Kini kembali kejadian berulang. Menurut yang Saya baca di beberapa Media; terdapat tulisan Allah dan Alhamdulillah di satu produk rumah tangga bernama panci.

    Jangan main-main dengan tulisan aksara Arab yang ada kaitannya dengan Islam. Padahal Kita tentu tahu tak seluruhnya Bangsa Arab itu beragama Islam. Dan tak kalah pentingnya untuk diketahui; umat Islam itu tidak menyembah tulisan aksara Arab berlafazd Allah. Lalu bagaimana jika tulisan Allah dalam aksara Latin, atau aksara Sirilik, Kanji, dan aksara lainnya, ditulis di sembarang tempat ?

    Untunglah umat Kristiani tak sensitif seperti mayoritas umat di negeri ini. Umat Kristiani sangat mensakralkan bentuk salib dimana menurut Mereka Yesus menyerahkan nyawanya disitu. Bayangkan, apakah tiap umat Kristiani mesti marah terhadap tiang jemuran (maaf) yang bentuknya kebanyakan seperti salib ?

    Entahlah, menurut pikiran Saya pribadi begitu sulitnya kah menjadi seorang Muslim yang mesti bersikap sensitif terhadap simbol-simbol yang jelas-jelas bukan sebagai sesembahan itu. Allah itu Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Segalanya, tak memerlukan bantuan makhluk manapun. Allah juga bukan seperti seorang pesakitan tak berdaya yang mesti dibela. Allah pasti punya cara tersendiri terhadap siapapun yang berlaku zalim. Jangan dikarenakan hal-hal sepele sehingga citra buruk terus melekat pada Islam yang rahmatan lil alamien ini. Allah tak perlu dibela. Allah cuma menghendaki amar ma'ruf nahi munkar.

    *Tulisan ini pertama kali terbit di Kompasiana pada 28 Januari 2016, telah mengalami sedikit revisi untuk menyesuaikan waktu.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.

    Beranda

    ... ...