Fiksi | Doa - Jurnalisia™

  • Jurnalisia™

    Mengusung Kearifan Lokal

    Jurnalisia™

    Sumber Data Cuaca: https://cuacalab.id

    Sabtu, 17 September 2022

    Fiksi | Doa

    Fiksi Jurnalisia,
    "Doa Saya tampaknya tak dikabulkan Tuhan, Ki," keluh Jarwo, pada kesempatan pagi itu sedang sarapan kopi di warung Bu Minah. Keluhan itu ditujukan ke Aki Dalang, karena baru mereka berdua yang jadi tamu di warung.

    Mendengar keluhan Jarwo itu Aki Dalang tampak menarik nafas dalam sebelum menanggapinya, boleh jadi sambil berpikir tanggapan apa dan bagaimana yang akan ia sampaikan.

    "Memangnya kamu itu berdoa apa dan untuk apa ?" malah pertanyaan yang keluar dari Aki Dalang.

    "Aku berdoa agar bisa hidup seperti orang-orang yang enak, makmur, dan kaya," jawab Jarwo yakin.

    Aki Dalang tertawa mendengar jawaban Jarwo yang Ia pikir adalah jawaban standar, atau lebih tepatnya keinginan standar dari tiap orang yang merasa kehidupannya sulit bin susah.

    "Kurasa doamu itu bukan tak dikabulkan Tuhan, tapi ditunda untuk waktu yang tak ditentukan," ujar Aki Dalang sambil tertawa pula.

    "Yah, itu namanya sama saja dengan tak dikabulkan," sungut Jarwo cemberut.

    "Perlu kamu ketahui dan renungkan; Tuhan telah memenuhi apa yang kita butuhkan, tapi Tuhan belum tentu memenuhi apa yang kita inginkan," kata Aki Dalang seperti seorang Filsuf.

    Mendengar perkataan Aki Dalang itu Jarwo makin tampak tak bersemangat, kopi yang ia teguk pun seolah lenyap manisnya.

    "Padahal Aku sudah memenuhi kewajiban yang diperintahkan Tuhan kepadaku, dan menghindari larangannya pula," Jarwo berargumen.

    "Mungkin saja kamu berdoa itu belum sesuai dengan Standard Operation Procedure yang diperintahkan Tuhan," timpal Aki Dalang yang disertai tawa berderai.

    "Maksud Aki bagaimana ?" Jarwo bingung, padahal ia melihat banyak orang yang beruntung kehidupannya namun melupakan Tuhan.

    "Bisa saja kamu memanjatkan doa namun kamu sendiri tak mengetahui apa sebenarnya arti dan makna doa yang kamu baca itu," jawab Aki Dalang yang kali ini tampak mulai serius.

    "Tolong dijelaskan Ki," pinta Jarwo sambil memperbaiki posisi duduknya agar bisa mencerna apa yang akan disampaikan oleh Aki Dalang.

    "Aku pastikan Kamu berdoa dalam bahasa yang kamu tak memahaminya. Kamu cuma membaca doa tanpa mengetahui apa arti dan maksud doa itu, kan ?" tanya Aki Dalang.

    Jarwo cuma mengangguk.

    "Nah itu dia. Kamu selama ini tak berusaha mencari tahu apa arti dan maksud doa yang kamu baca dan panjatkan kepada Tuhan itu," lanjut Aki Dalang.

    Jarwo hanya menyimak.

    "Berdoa itu mestilah dengan bahasa yang kita mengerti, atau setidaknya meski bukan bahasa ibu kita tapi kita mengerti arti dan maksudnya. Yang namanya Tuhan itu sudah pasti mengerti bahasa apapun yang kita pergunakan untuk berkomunikasi denganNya, karena Tuhan itu tak berbangsa dan berbahasa tertentu," Aki Dalang berpanjang lebar.

    Jarwo mengangguk-angguk seperti burung Kutilang di pucuk pohon cemara mendengar penjelasan yang diberikan oleh Aki Dalang. Dan ujung-ujungnya giliran bayar minum dan sarapan mereka pagi ini menjadi tanggungan Jarwo, hitung-hitung konpensasi atas ceramah yang disampaikan Aki Dalang.

    *Tulisan ini terbit pertama kali pada 24 Pebruari 2016 di Kompasiana.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.

    Beranda

    ... ...