Mantan Presiden RI yang terkenal suka humor dan beranekdot, Abdurrahman Wachid atau Gus Dur, suatu kali pernah mengatakan; hanya ada 3 Polisi Jujur; Polisi Tidur, Patung Polisi dan Polisi Hoegeng. Nama yang terakhir disebut Gus Dur itu yang kini sulit ditemukan dan menjadi harapan siapa saja di negeri ini yang menginginkan sosok polisi yang bersih dan jujur.
Hoegeng Iman Santoso, Kapolri yang menjabat dari tahun 1968 hingga 1971, tahun-tahun dimana banyaknya para pejabat yang korup.
Adanya kasus yang menimpa sejumlah Anggota Polri yang terseret Kasus Duren Tiga dengan sentral Ferdy Sambo, menjadikan tak sedikit masyarakat negeri ini yang teringat dan bernostalgia mengenang sosok Hoegeng.
Hoegeng seolah jadi mitos yang sulit tertandingi karena sikapnya yang tak mau aji mumpung dan mentang-mentang berkuasa sehingga gelap mata menggunakan jabatan dan pengaruhnya untuk kepentingan pribadi.
Di masa pensiun sebagai polisi; Hoegeng bahkan tak memiliki rumah, dan berkerja menjadi seorang pelukis dan menjual hasil lukisannya itu untuk membiayai kehidupan keluarganya. Dan sempat pula Hoegeng tampil di acara TVRI membawakan musik Hawaian sebelum dicekal oleh Pemerintah RI karena keterlibatannya menandatangani Petisi 50; kelompok terdiri dari para tokoh yang mengjritisi kebijakan Pemerintahan Orde Baru.
"Tugas Polisi itu adalah menolong. Kalau tidak mau menolong jangan jadi Polisi," cerita Ny. Meriyati Hoegeng tentang sosok Hoegeng yang tak mau menerima imbalan dari tugas dan pekerjaannya sebagai Polisi (diceritakan kepada Najwa Shihab).
"Sebagai anak, remaja pada waktu itu kita punya keinginan, tetapi hanya sampai keinginan saja. Boro-boro motor, sepeda saja kita ga dibeliin. Tapi kita terima apa adanya. Kalau ditanya enaknya apa jadi (anak Kapolri), ga ada enaknya, karena kita ga boleh pakai fasilitas apapun," ungkap Aditya Soetanto Hoegeng, seorang anak Hoegeng.
Itulah seorang Hoegeng, yang sangat jauh jika dibandingkan dengan yang lain apalagi dibandingkan dengan Ferdy Sambo. (Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.