Religi | Syekh Al Albani, Pakar Hadits di Abad 20 dan Abad Ini - Jurnalisia™

  • Jurnalisia™

    Mengusung Kearifan Lokal

    Jurnalisia™

    Sumber Data Cuaca: https://cuacalab.id

    Rabu, 08 Juni 2022

    Religi | Syekh Al Albani, Pakar Hadits di Abad 20 dan Abad Ini

    Muhammad bin Nuh bin Adam bin Najati al Albani, dilahirkan pada tahun 1332 H/1914 M di Kota Shkodër, ibu kota Albania kala itu, kini ibukota Albania berada di Kota Tirana.

    Selanjutnya nama Beliau dikenal dengan nama Syekh al Albani. Merupakan seorang Pakar Hadits di abad ke 20, yang tulisannya tentang Hadits banyak diambil sebagai acuan dan referensi oleh para Ulama pada abad ini.

    Syekh al Albani merupakan seorang dari Bangsa Eropa yang bahsanya jauh dari Bahasa Arab, yakni bahasa yang digunakan Alquran dan Hadits. Beliau awalnya sama sekali buta akan Bahasa Arab. Namun kemauan keras untuk mempelajari tentang agamanya (Islam) membuat Syekh Albani harus keluar dari Benua Eropa untuk menuntut ilmu ke kawasan Timur Tengah yang rakyatnya berbahasa mayoritas Arab.

    Beliau pun mulai mempelajari Bahasa Arab di Madrasah al Is’af al Khoriyah. Kemudian pindah ke sekolah lain di Pasar Sarujah, Damaskus Syria karena sekolah pertamanya itu mengalami musibah kebakaran. Di tempat ini, Albani menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya dalam masa 4 tahun. Rasa cintanya terhadap bahasa Alquran ini kian berbinar di hati. Kemahirannya diakui dan mengalahkan teman-temannya, anak-anak Syria asli.

    مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْـرًا يُـفَـقِـهْهُ فِي الدِّيْنِ . 

    “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikannya oleh Allah, Dia akan menjadikannya mengerti tentang (urusan) agamanya.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 71, 3116, 7312), Muslim (no. 1037), Ahmad (IV/92, 95, 96), dll). 

    Selain belajar dari sang ayah, al Albani juga belajar dari banyak guru dan ulama yang merupakan kolega ayahnya. Seperti; mengkaji kitab fikih Hanafi, Muraqi al Falah Syarh Nur al Idhah bersama Syekh Muhammad Said al Burhani. Mempelajari kaidah-kaidah bahasa Arab, terutama bersama Syekh Izuddin at Tanukhi (Shafahat Baidha min Hayati al Albani oleh Athiyah Audah, Hal: 22, 71-72). 

    Pada saat menginjak usia 20 tahun, al-Albani mulai menyukai ilmu hadits. Ia terinspirasi dari kajian hadits di Majalah al Manar yang diasuh oleh Syekh Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah. 

    Syekh al Albani menceritakan bahwasanya ia tertarik membaca riwayat-riwayat sejarah. Suatu hari ia melihat di tumpukan buku seorang pedagang buku, satu pembahasan dari Majalah al Manar. Ia baca komentar Syekh Rasyid Ridha terhadap buku Ihya Ulmuddin yang ditulis oleh Imam al Ghazali rahimahullah. Dalam pembahasan tersebut Syekh Rasyid Ridha mengutip komentar al Hafizh al Iraqi terhadap Ihya Ulumuddin. Al Iraqi mengomentari dan memilah mana hadits yang shahih dan mana yang dhaif. Kemudian mengumpulkannya dalam al Mughni ‘an Hamli al Asfar fi al Asfar fi Takhrij ma Fi al Ihya mi al-Akhbar. 

     Karya al Iraqi ini menarik perhatian al Albani. Ia pun mengadakan kajian hadits terhadap kitab tersebut. Sebuah kajian yang memberinya jalan memperdalam ilmu-ilmu lainnya seperti: ilmu bahasa, balaghah, gharib al hadits, dll. Itulah kajian ilmiah pertamanya dalam bidang hadits. Kajian ini bagai candu yang membuat al Albani terus bersemangat meneliti hadits-hadits lainnya. 

    Bagi al Albani, ilmu hadits menjadi jalan yang membuka cabang-cabang keilmuan lainnya. Dan ia terus mengenang Syekh Rasyid Ridha sebagai wasilahnya dalam mempelajari ilmu hadits. 

    Syekh Al Albani meninggal dunia di satu rumah sakit di Yordania pada 2 Oktober 1999 di usia 85 tahun. (islamstory)

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.

    Beranda

    ... ...