“Sialan tuh bunyi sepeda motor, bikin orang bangun aja,” gerutu Rusdi.
Tadi malam Rusdi tidur agak larut, sekitar jam 03.20 dini hari. Sejak usai waktu shalat isya setelah makan malam, Rusdi sudah nongkrong di depan tipi (TV). Sambil nonton acara sinetron favoritnya yang tayang di satu stasiun tipi swasta, tak lupa Rusdi menyediakan kertas dan ballpoint untuk coret-coret prediksi angka Togel (toto gelap) yang akan keluar besok malam.
Sudah sekitar empat bulan terakhir Rusdi nyambi profesi jadi pengedar dan penjual Togel selain tetap sebagai tukang ojek.
Selain mengedar dan menjual Togel ke para pemasang, Rusdi juga jadi pembeli.
“Lumayan kalo pas lagi beruntung dan tepat tebakan. Kan duit yang dipakai beli itu hasil dari komisi penjualan,” kata Rusdi ke isterinya Minah.
“Iya kalo kena terus, kalo lepas terus, sama juga nggak ada hasil apa-apa,” sungut Minah yang kurang senang dengan perkataan suaminya yang sok yakin bisa kena.
“Namanya juga usaha, dik,” sahut Rusdi membela diri.
“Terserah, yang penting beras dan keperluan makan jangan sampai habis,” Minah memperingatkan dengan muka masam seasam rasa jeruk purut.
“Iya kalo kena terus, kalo lepas terus, sama juga nggak ada hasil apa-apa,” sungut Minah yang kurang senang dengan perkataan suaminya yang sok yakin bisa kena.
“Namanya juga usaha, dik,” sahut Rusdi membela diri.
“Terserah, yang penting beras dan keperluan makan jangan sampai habis,” Minah memperingatkan dengan muka masam seasam rasa jeruk purut.
Tadi malam sebelum tidur, Rusdi sudah mengantongi angka-angka yang akan ditebaknya hari ini hasil coret-coretannya. Angka main 9, 1, 2, 5, ekor ganjil, kepala genap.
“Untuk tebakan 2 angka bagusnya 95, karena kemarin yang keluar angka kembar 33, angka kecil, pasti nanti yang bakal keluar angkanya besar,” tebak Rusdi dalam hati.
Angka jadi 95 Rusdi tulis di kertas lapisan bungkus rokok, lalu ia masukkan ke dompetnya. Ia mesti nelpon Misran, temannya yang tebakan angkanya sering jitu.
“Mis, berapa angka mainmu hari ini ?” telpon Rusdi.
“Angkaku hari ini cuma dua; 1 dan 5, tapi aku cenderung memainkan 5 aja,” balas Misran.
“Oke kalo begitu, angka mainku 9, 1, 2, 5,” sahut Rusdi.
“Mantap itu, tinggal gabungkan aja angka main kamu dengan punyaku,” balas Misran lagi yang kemudian menutup percakapan.
“Mantap, betul-betul sudah mantap tebakan 2 angku hari ini. Aku akan beli 10 lembar kupon, lumayan kalo tepat bisa dapat 600 ribu,” angan Rusdi dengan wajah senyum-senyum.
Saat bangun tidur tadi, Rusdi tak melihat isteri dan kedua anaknya. Minah, isteri Rusdi sedang pergi ke pasar, dan kedua anaknya pun sudah turun ke sekolah ketika Rusdi masih nyenyak tidur.
Setelah cuci muka, minum segelas air putih dan menyulut sebatang rokok, Rusdi pergi keluar rumah. Ia akan ke tempat Muhtar, tangan kanan Koh A Kay, pengepul Togel. Rusdi akan mengambil kupon kosong untuk jualan hari ini. Beberapa pemasang langganannya di Gang Sukaramai biasanya sekitar jam 11.00 sudah kumpul di gardu Siskamling menanti kedatangannya.
Rusdi melihat jam tangannya, pikirnya masih ada waktu setengah jam untuk menemui para pemasang langganannya. Ia pun memutuskan ke warung Bu Painem, warung langganannya yang selalu ramai pengunjung karena pembantu Bu Painem yang lumayan manis, Narsih, janda beranak satu.
“Siapa tahu para pengunjung di warung ada yang mau beli,” pikir Rusdi.
Dalam menjalankan profesinya, Rusdi mesti lihat-lihat dulu siapa calon pembelinya. Karena bila tak hati-hati dan tak jeli, bisa saja calon pembelinya itu Polisi berpakaian preman, atau Polisi yang sedang menyamar cari mangsa.
Warung Bu Painem sedang ramai pengunjung yang kebanyakan adalah para karyawan perusahaan tambang batubara yang sedang “off” maupun yang kena giliran shift malam. Beberapa orang ada yang kenal Rusdi.
“Minum dulu, bos,” sapa seorang pengunjung yang sedang duduk tak seberapa jauh dari Narsih si janda pelayan warung.
“Terimakasih,” sahut Rusdi mengambil tempat yang agak menghadap ke tempat duduk Narsih, supaya enak memandang si janda yang murah senyum itu.
“Minta kopi sama mie gorengnya, mbak,” pesan Rusdi.
Sambil menunggu pesanannya Rusdi menawarkan jualannya ke beberapa orang pengunjung.
“Belum ada angka tebakannya, bos,” ujar seorang pengunjung yang ditawari Rusdi.
“Beli aja angka favorit, atau angka simpanan. Bila mau saya kasih angka jadi 95,” tawar Rusdi lagi.
Beberapa orang pengunjung lainnya tampak tertarik dan mendekat.
“Boleh beli berapa duit, mas ?” tanya seorang pengunjung yang duduk paling pojok dekat pintu.
“Untuk selembar kupon bisa beli seribu perak, terserah mau 2 angka, 3 angka, atau 4 angka. Kalo beli 2 angka seribu perak bila tepat dapat 60 ribu, 3 angka seribu perak bisa dapat 350 ribu, sedangkan 4 angka seribu perak mendapat 2,5 juta,” jelas Rusdi bersemangat agar mereka tertarik.
“Pemutarannya jam berapa, mas ?” tanya pengunjung lainnya.
“Nanti malam sehabis waktu isya. Telpon aja ke saya, nanti saya kasih nomer telpon supaya bisa tahu angka yang keluar,” sahut Rusdi.
“Terus kalo misalnya tebakannya tepat, kita ngambil uangnya kemana ?” tanya mereka.
“Ya itu tadi, telpon saya aja, nanti uangnya akan saya antarkan asalkan bukti pembeliannya ada nggak hilang,” jelas Rusdi pula.
Para pengunjung yang tampak tertarik itupun manggut-manggut tanda mengerti.
“Untung-untungan, saya coba angka punya mas itu 95 untuk 10 kupon, berarti 10 ribu, ya mas. Anggap aja kalo lepas sama kayak beli sebungkus rokok,” kata seorang pengunjung sambil menyerahkan selembar uang.
Berkat mampir di warung Bu Painem, Rusdi berhasil memperoleh 120 ribu dari menjual dagangannya. Ada 6 orang pemasang pemula yang membeli kupon Togel-nya. Ini artinya Rusdi sudah bisa mengantongi komisi penjualan sebesar 12 ribu.
Selanjutnya tujuan Rusdi adalah menemui para pemasang langganannya di gang Sukaramai. Biasanya disini Rusdi bisa mengumpulkan uang paling sedikit 300 ribu.
“Jangan lupa datangi aku ke rumah. Aku mau pasang, ada angka bagus,” bunyi SMS dari Ahyar, seorang wartawan kenalan Rusdi.
Wartawan di satu koran mingguan ini, biasanya paling sedikit beli 100 lembar kupon dengan tebakan angka bervariasi dari 2 angka, 3 angka, hingga 4 angka.
Dalam tiap kali pemutaran angka, Ahyar hampir tak pernah absen memasang angka tebakannya. Selama ini seingat Rusdi, tebakan Ahyar sering tepat. Dan Rusdi sangat senang bila tebakan Ahyar kena, ia selalu dapat bagian, 50 ribu hingga lebih, tergantung banyak sedikitnya Ahyar kena tebakan.
“Pasti saya kesana, bos,” balas Rusdi.
Seusai melayani para langganannya di gang Sukaramai, Rusdi mendatangi rumah Ahyar, wartawan yang memanggilnya.
“Berapa angkanya hari ini, bos ?” tanya Rusdi ke Ahyar.
“Hari ini angka mainku 9 sama 1 ganti salah satunya,” sahut Ahyar yang sedang menarik dompetnya dari saku mengambil uang.
“Angka jadinya berapa, bos ?” tanya Rusdi lagi sambil menyiapkan kupon kosong dan ballpoint.
“Aku pasang 2 angka aja hari ini, 14 dan 41, masing-masing 75 ribu,” balas Ahyar sambil menyerahkan uang 150 ribu.
“Nggak masang 3 angka sama 4 angkanya, bos ?” tanya Rusdi pula, karena biasanya Ahyar juga pasang untuk 3 dan 4 angkanya.
“Nggak untuk kali ini. Aku yakin sekali 2 angka saja,” sahut Ahyar.
Rusdi pun menuliskan angka tebakan untuk Ahyar.
“Gimana kabarnya bos-mu ?” Rusdi menanyakan tentang Muhtar, tangan kanan Koh A Kay si pengepul Togel.
“Ada aja di rumahnya waktu aku mengambil kupon tadi,” balas Rusdi.
“Kalo kamu nanti kesana mengantar rekap ke dia, kasih tahu aku mau ketemu. Dia sudah beberapa kali belum kasih jatah. Kalo setor jatah ke Polisi lancar, setor ke aku sering nunggak,” kata Ahyar.
“Iya, nanti aku sampaikan ke bos,” sahut Rusdi pula.
Usai waktu shaat isya Rusdi menelpon Muhtar, menanyakan berapa angka Togel yang keluar malam ini. Dari Muhtar diketahui angka yang keluar adalah 14.
“Huh, lepas lagi tebakanku,” keluh Rusdi sambil mengambil kupon yang ia simpan di dompetnya, kemudian merobeknya.
Tapi raut mukanya yang tadinya kecewa merubah jadi senyum. Karena ia ingat tebakan 2 angka milik Ahyar tembus 75 kupon. Ini artinya ia harus mengambilkan uang Ahyar sebanyak 4,5 juta. Lalu ia juga membuka copy rekapan seluruh tebakan yang ia jual. Ia periksa seluruh angka tebakan yang tertera disana satu per satu dengan teliti. Setelah ia hitung, ada beberapa pemasang yang juga tebakannya tembus. Ada sebanyak 200 kupon 2 angka yang tembus selain milik Ahyar. Untuk pasangan 3 dan 4 angka, malam ini tak ada selembar pun tembus. Malam ini ia akan mengambil uang keseluruhan sebanyak 16,5 juta.
“Ini jatahmu,” kata Ahyar sambil mengangsurkan 2 helai uang seratusan ribu ke Rusdi.
“Terima kasih, bos. Tebakannya jitu terus, nanti aku ikut nembak angkanya bos aja,” ucap Rusdi sambil menerima uang pemberian Ahyar.
“Tembak aja, siapa tahu nanti rejeki,” sahut Ahyar sembari memasukkan uang hasil tebakan Togel ke dompetnya.
Rusdi menghitung-hitung uang hasil pemberian dari para pemasang yang kena malam ini, semuanya berjumlah 470 ribu, belum ditambah uang hasil komisi penjualan.
Tapi raut mukanya yang tadinya kecewa merubah jadi senyum. Karena ia ingat tebakan 2 angka milik Ahyar tembus 75 kupon. Ini artinya ia harus mengambilkan uang Ahyar sebanyak 4,5 juta. Lalu ia juga membuka copy rekapan seluruh tebakan yang ia jual. Ia periksa seluruh angka tebakan yang tertera disana satu per satu dengan teliti. Setelah ia hitung, ada beberapa pemasang yang juga tebakannya tembus. Ada sebanyak 200 kupon 2 angka yang tembus selain milik Ahyar. Untuk pasangan 3 dan 4 angka, malam ini tak ada selembar pun tembus. Malam ini ia akan mengambil uang keseluruhan sebanyak 16,5 juta.
“Ini jatahmu,” kata Ahyar sambil mengangsurkan 2 helai uang seratusan ribu ke Rusdi.
“Terima kasih, bos. Tebakannya jitu terus, nanti aku ikut nembak angkanya bos aja,” ucap Rusdi sambil menerima uang pemberian Ahyar.
“Tembak aja, siapa tahu nanti rejeki,” sahut Ahyar sembari memasukkan uang hasil tebakan Togel ke dompetnya.
Rusdi menghitung-hitung uang hasil pemberian dari para pemasang yang kena malam ini, semuanya berjumlah 470 ribu, belum ditambah uang hasil komisi penjualan.
“Lumayan. Nembak lepas 10 kupon, tapi gantinya berlipat-lipat. Kalo begini biar aja tuh pemasang pada kena terus setiap pemutaran,” harap Rusdi. (Imi Surya Putra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.