Opini | Antara Nyaringnya Toa dan Jamaah Shalat - Jurnalisia™

  • Jurnalisia™

    Mengusung Kearifan Lokal

    Jurnalisia™

    Sumber Data Cuaca: https://cuacalab.id

    Minggu, 27 Februari 2022

    Opini | Antara Nyaringnya Toa dan Jamaah Shalat

    Kontroversi seputar pengaturan suara speaker luar untuk mesjid, langgar, surau dan mushala oleh Kementerian Agama RI, terutama terkait untuk panggilan shalat (azan); menuai banyak tanggapan dan komentar di seantero negeri yang notabene berpenduduk penganut agama Islam terbesar urutan nomor wahid di dunia dengan sekitar 87 persen dari total seluruh rakyat.

    Tanggapan dan komentar bermunculan tidak cuma dari para pakar, ahli di bidang per-Toa-an (sebutan umum speaker luar; Toa), tapi juga dari siapa saja yang merasa kepentingannya diusik oleh aturan tersebut.

    Maka muncul lah pendapat yang berbeda-beda layaknya pengertian semboyan Bhineka Tunggal Ika; berbeda-beda namun tetap satu jua. Ada yang berpendapat azan; adalah panggilan agar umat Islam mengerjakan shalat, artinya menyeru untuk manusia, sehingga harus lah nyaring agar tak ada alasan yang diseru tak mendengar kecuali tuli, atau yang diseru itu sudah termasuk golongan Setan tapi wujudnya masih manusia.

    Berbeda dengan pelaksanaan shalat; ini perbuatan manusia diperuntukkan Allah SWT, sehingga tak perlu harus nyaring. Namun pendapat lain mengatakan; bagus pula kalau bacaan-bacaan shalat itu nyaring untuk tujuan syi'ar Islam.

    Lalu zikiran; ini juga untuk Allah, mengingat Allah, jadi tak mesti harus nyaring karena Allah itu Maha Mendengar walaupun zikir cuma dalam hati. Dan pendapat lainnya pun; bagus saja kalau zikiran pun nyaring terdengar ke seantero wilayah untuk tujuan syi'ar Islam pula.

    Kemudian tadarusan (baca Alquran); ini juga diperuntukkan Allah, tak mesti harus nyaring pula. Lagi-lagi pendapat lain; bagus kalau tadarusan itu juga pakai Toa yang nyaring agar orang-orang di luar sana bisa mendengar; untuk syi'ar Islam.

    Apalagi ? Semua harus nyaring untuk tujuan syi'ar Islam di negeri yang berpenduduk Islam terbesar di dunia. 

    Terlepas dari semua itu apakah harus nyaring pakai Toa ataupun speaker dalam, kita lihat saja faktanya selama ini; selain shalat Jumat, Idul Fitri dan Idul Adha, seberapa banyak umat Islam yang shalat di mesjid, langgar, surau dan mushala. 

    Tapi kita tentu berharap; dengan adanya pengaturan terhadap Toa ini kesadaran umat Islam yang 'dipanggil' oleh azan akan semakin meningkat untuk beribadah ke tempat ibadah, sehingga benar-benar tampak bahwa negeri ini adalah berpenduduk mayoritas Islam terbesar di dunia. (ISP)

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.

    Beranda

    ... ...