Cerpen | Dor ! Polisi Itu Pun Roboh - Jurnalisia™

  • Jurnalisia™

    Mengusung Kearifan Lokal

    Jurnalisia™

    Sumber Data Cuaca: https://cuacalab.id

    Senin, 17 Januari 2022

    Cerpen | Dor ! Polisi Itu Pun Roboh

    courtesy : pngwing
    Duaaaar……!
    Bunyi keras itu membangunkan tidurku yang lelap oleh mimpi-mimpi indah.

    Aku segera bangkit dari tempat tidur, sambil mengucek-ngucek mata kemudian melihat arloji di pergelangan tangan kiri. Waktu menunjukkan jam 03.15 WITa.
    Sambil berjalan ke arah pintu depan, aku mengingat-ingat arah datangnya bunyi yang sangat keras itu.

    Perlahan kubuka pintu, memandang keluar rumah. Beberapa orang ada yang berlari, setengah berlari dan ada pula yang Cuma jalan ke arah tepi sungai yang membelah kota kecil kami.
    Aku yang kebetulan sendiri di rumah kontrakan, perlahan merapatkan pintu dan menguncinya. Aku pun berencana akan mengikuti beberapa orang tadi menuju ke tepi sungai untuk mengetahui apa yang terjadi disana.
    “Ada apa ya mas ?” suara di belakangku mengejutkan.
    Rupanya Mas Jamil tetangga kontrakanku yang ikut terbangun dan menanyaiku.

    Aku berpaling ke arah suara yang menanyaiku, Mas Jamil.
    “Nggak tahu juga, mas. Mungkin itu tadi suara pistol polisi yang ditembakkan,” sahutku sekenanya.
    “Mas Arief mau kesana, ke arah bunyi letusan itu ?” tanya Mas Jamil lagi.
    “Iya mas,” jawabku sambil melangkah menjauhinya.
    “Ceritakan nanti apa yang terjadi disana, ya mas,” seru Mas Jamil.
    “Oke mas,” seruku pula.

    Setengah berlari aku menuju ke tepi sungai. Tak berapa lama aku sudah tiba disana. Puluhan orang berkerumun. Sepertinya sedang mengerumuni sesuatu. Aku pun berdesakan diantara kerumunan orang-orang yang masih menampakkan mata yang masih mengantuk.
    Setengah memaksa aku menyibakkan kerumunan orang itu. Aku pun berhasil menyembulkan kepalaku sehingga dapat melihat objek yang dikerumuni.

    Di tengah kerumunan orang itu sedang tergolek sesosok berpakaian polisi yang sedang menahan sakit sambil memegangi lengan kanannya yang berdarah.
    “Ayo tolong dibantu mengangkat bapak ini ke Puskesmas,” pinta seorang berseragam polisi lainnya yang memegang pistol dengan wajah yang tampak galau.

    Beberapa orang pun bereaksi mendengar permintaan anggota polisi itu. Ada enam orang menggotong polisi yang terluka itu, menaikkannya ke sepeda motor yang sudah disiapkan.

    Polisi yang sedang terluka itu pun dibawa ke Puskesmas yang jaraknya sekitar setengah pal (kilometer) dari TKP (Tempat Kejadian Perkara).
    Di tepi sungai itu aku dan beberapa orang lainnya yang masih berada dan berdiri disitu, saling bertanya-tanya apa yang telah terjadi. Tak ada seorang pun diantara kami yang tahu kenapa anggota polisi itu terluka.

    Pertanyaan terkait polisi yang terluka di tepi sungai itu pun aku bawa pulang ke kontrakanku. Mas Jamil yang rupanya tidak tidur menantikan ceritaku, tak mendapatkan apapun dari ceritaku selain polisi yang terluka di lengan kanannya tanpa diketahui penyebabnya.

    Siangnya ketika aku sedang melewati pangkalan ojek yang tak jauh dari kontrakanku, beberapa tukang ojek ramai memperbincangkan perihal kejadian tadi malam yang menimpa anggota polisi yang terluka.
    “Tak habis pikir aku, kenapa membidik perampok kok malahan teman sendiri yang tertembak,” sungut seorang tukang ojek yang kukenal sebagai Mas Imran.
    “Jangan-jangan temannya itu sengaja menembak karena sentimen,” sahut tukang ojek lain, Mas Parno.
    “Hus, jangan mengira macam-macam, entar sampai ke telinga polisi lainnya,” tegur Mas Ahmad yang bukan tukang ojek tapi tukang servis elektronik, yang memang kiosnya bersebelahan dengan pangkalan ojek.

    Dari informasi yang kudapat dari seorang anggota polisi kenalanku, malam itu 2 anggota Polsek sedang mengejar seorang perampok kambuhan yang berlari menuju tepi sungai. Perampok yang kepepet itu meski sudah diberi tembakan peringatan, tetap berlari, dan bahkan melakukan perlawanan.
    Terjadilah duel antara seorang anggota polisi dengan perampok yang sudah tak bersenjata itu. Seorang anggota polisi lainnya yang bermaksud akan melumpuhkan perlawanan si perampok, membidik ke arah kaki sasarannya. Karena kondisi yang agak gelap, bukannya tembakan mengenai sasaran, tapi malah terkena lengan teman sendiri. Adapun perampok yang mengetahui polisi musuhnya duel terluka, segera menceburkan diri ke sungai dan berenang ke seberang. Buruan lepas, teman sendiri digotong ke Puskesmas. (ISP)


    *Kesamaan nama, tempat & karakter hanyalah kebetulan, ini hanyalah fiktif.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.

    Beranda

    ... ...