Budidaya ikan sistem biofloc saat ini sudah berkembang cukup pesat di
sejumlah daerah. Dibanding budidaya
sitem konvesional, budidaya ikan sistem biofloc memiliki sejumlah
keunggulan, diantaranya adalah lebih hemat lahan, air dan pakan. Selain
itu produktivitasnya juga lebih tinggi.
Keunggulan lainnya, budidaya ikan sistem biofloc bisa diterapkan di
dalam ruangan, di lahan sempit dan kolam yang kecil, padat tebar tinggi
dan tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu ikan yang
dibudidayakan dengan sistem biofloc dagingnya juga lebih hiegenis dan
memiliki rasa lebih enak.
Pengertian Biofloc sendiri berasal dari kata bios (kehidupan) dan floc
atau flock (gumpalan) yang dalam perikanan diartikan sebagai bahan
oprganik hidup yang menyatu dalam gumpalan. Biofloc merupakan partikel
yang teraduk oleh aerasi dan sirkulasi yang terdiri dari kumpulan
organisme autotrof dan heterotrof (berupa bakteri, fitoplankton, fungi,
ciliate, nematoda dan detritus) serta bahan tak hidup.
Tanah Bumbu pun tak mau ketinggalan menerapkan sistem tersebut kepada warganya.
Untik itu dilaksanakan Pelatihan biofloc ini bagi para pembudidaya ikan air tawar yang ada di desa-desa di wilayah Kecamatan Mantewe, dengan menghadirkan peneliti Prof. Dr. Ir. Estu Nugroho, M.Sc dari BRSDM-KP sebagai narasumber berkerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan, di Desa Sarimulya Kecamatan Mantewe, Selasa
(22/06/21).
Adapun sistem Biofloc tersebut akan diterapkan ke budidaya ikan jenis Nila.
“Ini adalah kesempatan untuk mandiri. Kita harus berkerja, tidak boleh
berleha-leha. Walaupun pertumbuhan ekonomi nasional masih minus, tapi
ekonomi Tanah Bumbu masih tetap tumbuh,” ujar Rahmad Prapto Udoyo, Asisten Bupati Tanah Bumbu Bidang Perekonomian dan Pembangunan yang hadir pada kesempatan tersebut. (Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.