Biasanya sebelum adanya pandemi Covid-19, Hari Valentine sudah mulai terasa dan terdengar gaungnya beberapa menjelang tanggal 14 Pebruari. Dan di berbagai media sosial sudah banyak postingan seputar Hari Valentine; apakah itu ucapan selamat merayakan, tanggapan dari yang pro dan kontra yang dikait-kaitkan dengan maupun ajaran agama tertentu.
Tahun ini boleh dibilang sepi.
Perayaan yang dinisbatkan kepada Santo (orang suci di Katholik, Red) bernama Valentinus itu tampaknya tak lagi menarik daripada pandemi Covid-19 dan vaksinasi.
Sepinya gaung Hari Valentine itu kemungkinan terkait dengan aktivitas yang dibatasi karena terkait pelaksanaan protokol kesehatan; kerumunan banyak orang. Selain itu mungkin juga dikarenakan Hari Valentine itu lebih kepada para orang muda yang saling berkasih sayang atau yang sedang kasmaran ketimbang para oarngtua yang lebih memikirkan banyak hal terkait beban hidup sehari-hari.
"Berkasih sayang itu bukan cuma dilakukan dan dirayakan setahun sekali tapi setiap saat," ujar Mandala, seorang warga yang mengaku sejak muda tak pernah peduli dengan Hari Valentine.
"Lebih baik memikirkan apa yang bakal dihasilkan esok hari dan ke depannya daripada memikirkan apalagi merayakan Hari Valentine yang jelas-jelas bukan budaya kita," kata Pitriansyah, seorang warga lainnya.
Okelah kalau begitu. Tampaknya orang kita sudah mulai sadar kalau kasih sayang itu bukan cuma sekedar seremonial, diperingati dan dirayakan pada waktu tertentu saja apalagi cuma setahun sekali. Selamat Hari Valentine bagi yang memikirkan dan merayakannya. (Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.