Kekuatan mesin partai dan sayap organisasi serta 35 anggota DPRD yang selama ini digadang-gadang bisa berkontribusi banyak memenangkan calon; ternyata belum maksimal mendulang suara.
Jika dianalogikan sebagai prajurit, tim SJA-ARUL adalah pasukan tempur dengan peralatan modern, sumber daya manusia terlatih, profesional dan logistik yang cukup.
Berbeda dengan kubu rivalnya, 2BHD, maju menjadi calon pada pilihan dengan modal KTP, tanpa pasukan khusus dan logistik yang sangat minim.
Hampir semua pendanaan, mulai dari alat peraga kampanye hingga dana operasional ditopang dan dibiayai oleh relawan, tim pemenangan dan masyarakat yang simpati kepada Paslon 2BHD.
Pilbup dengan hasil perhitungan cepat (quick count) yang dramatis pun baru pertama kali terjadi, selisih suara yang sangat tipis dan sangat mungkin untuk disengketakan di MK.
Berdasarkan hitung cepat yang masih terus berjalan di website KPU, hingga Jumat (11/12/20) sore, pasangan SJA-ARUL mengumpulkan suara sebanyak 49,7 persen atau setara dengan 33.195 suara dan pasangan 2BHD mengumpulkan suara sebanyak 50,3 persen atau setara dengan 33.585 suara.
Fenomena lain yang membuat politik di Bumi Saijaan pasca pemungutan suara menjadi lebih dinamis adalah reaksi dan respons dari masing-masing Paslon dan tim pemenangan terhadap hasil hitung cepat yang sudah dipegang.
Pasangan Calon 2BHD bersama tim pemenangannya mendeklarasikan kemenangan pada Kamis (10/12/20) sehari pasca pemungutan suara di Posko Pemenangan, dengan perolehan SJA-ARUL 49 persen atau setara 71.634 suara
dan 2BHD 51 persen atau setara 73.106 suara.
Sehari setelahnya, Jumat (11/12/20) giliran tim pemenangan SJA-ARUL yang digawangi oleh Ketua DPRD, Syairi Mukhlis menyampaikan hasil kamar data yang mengklaim Paslon SJA-ARUL menang di 12 kecamatan.
Dicekoki data dan informasi kontra yang dirilis masing-masing tim Paslon yang saling klaim memiliki data valid dan akurat membuat masyarakat bingung.
Agar tidak menjadi bola liar sekaligus menjawab spekulasi yang beredar di masyarakat KPUD sebagai lembaga penyelenggara Pilkada di tingkat kabupaten seyogyanya merespon fenomena politik ini. (RS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.