Tak usah kaget.
Begitupun H.M Rusli yang sebelumnya dipasangkan dengan Bupati Petahana Tanah Bumbu, H. Sudian Noor, pun hengkang, padahal puluhan banner dan baliho sudah sempat bertebaran di alam nyata dan di alam maya.
Begitulah politik. Tak ada teman dan musuh abadi dalam politik kecuali kepentingan. Tapi kepentingan siapa ?
Banyak kepentingan, beragam. Bisa saja kepentingan para kelompok oligarki birokrat, bisa pula kepentingan oligarki para kapitalis, ataupun kelompok-kelompok yang ingin mempertahankan eksistensi dan supremasi mereka dalam menguasai kebijakan pemerintah, sumber daya alam dan hajat hidup orang banyak.
Politik sulit ditebak terkecuali kita memahami alur dan plot yang disetting seperti adegan wayang atau sandiwara yang alurnya dikuasai oleh dalang atau sutradara itu sendiri. Karena politik tak dapat dilakukan sendiri atau single fighter tapi oleh orang banyak dalam satu kelompok.
Ada semacam adagium dalam politik di negeri ini; 'pagi gegeran sore ger-geran' atau sebaliknya, yang maksudnya pagi ribut bertengkar tapi sore harinya malah ketawa bersama.
Politik itu konon elastis dan dinamis, bisa panjang dan bisa dibikin pendek seperti karet, dan berubah-ubah seperti warna bunglon menyesuaikan kondisi dan tempat.
Masih segar dalam ingatan warga Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu akan sosok seorang Zairullah Azhar (PKB) yang pada mulanya nyaris dipastikan maju di Pilkada Kabupaten Kotabaru berpasangan dengan Zulkipli AR (PDIP). Banner dan baliho pasangan tersebut bertebaran tidak saja di alam nyata tapi juga di alam maya. Namun beberapa hari menjelang pendaftaran Calon Kepala Daerah (istilahnya injury time); pasangan itu pun pisah meninggalkan banner dan baliho yang masih bergambar keduanya. Dan sehari lalu Zairullah Azhar mendaftar ke KPUD Tanah Bumbu berpasangan dengan H.M Rusli meninggalkan Zulkipli AR pasangannya di Kotabaru yang sangat malu, kecewa dan bahkan marah.
Begitupun H.M Rusli yang sebelumnya dipasangkan dengan Bupati Petahana Tanah Bumbu, H. Sudian Noor, pun hengkang, padahal puluhan banner dan baliho sudah sempat bertebaran di alam nyata dan di alam maya.
Retorika seorang Zairullah Azhar saat menyampaikan sambutan usai mendaftar di KPUD mengatakan, ia ingin kembali melanjutkan pembangunan di Tanah Bumbu. Retorika seorang Politisi yang Mantan Birokrat, yang tak setiap orang awam memahami apa sebenarnya tujuan dari perkataan yang terdengar sederhana tersebut.
Pilihan ada di masing-masing warga, namun apakah mereka cukup cerdas membaca keadaan. Pemilih sudah cukup kah menganalisa apakah seorang Zairullah Azhar masih tetap seperti saat ia menjabat Bupati dulu; masih punya idealisme tanpa pamrih membangun dan memajukan Tanah Bumbu, ataukah ada agenda lain ?
Politik memang rumit karena disana banyak intrik. Para pemilih jangan cuma jadi penonton yang pasif tapi mesti aktif menganalisa siapa yang akan dipilihnya dan tentu saja memilih bukan karena duit dan materi lainnya. Pemilih yang berdaulat adalah pemilih yang cerdas dan tak terpengaruh oleh duit yang sangat receh.
Politik memang rumit karena disana banyak intrik. Para pemilih jangan cuma jadi penonton yang pasif tapi mesti aktif menganalisa siapa yang akan dipilihnya dan tentu saja memilih bukan karena duit dan materi lainnya. Pemilih yang berdaulat adalah pemilih yang cerdas dan tak terpengaruh oleh duit yang sangat receh.
Selamat berkompetisi dengan santun, aman dan kondusif, beda pilihan bukan berarti harus bertengkar tapi adalah dinamika. (Red)
------------------
*[Infokus], merupakan tulisan berupa opini yang dikembangkan oleh Media ini. Dasar penulisan opini adalah Pasal 5 Undang Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pres; "Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.