[Infokus] Waspada Tangan Para Kapitalis di Pilkada - Jurnalisia™

  • Jurnalisia™

    Mengusung Kearifan Lokal

    Jurnalisia™

    Sumber Data Cuaca: https://cuacalab.id

    Senin, 31 Agustus 2020

    [Infokus] Waspada Tangan Para Kapitalis di Pilkada

    ilustrasi
    Tulisan ini hanyalah bertujuan untuk mengedukasi masyarakat, tak memiliki tendensi apapun terutama politis menjelang dilaksanakannya Pilkada tahun 2020 ini. 

    Masyarakat mesti sadar akan hak politiknya terutama sebagai pemilih yang cerdas di Pilkada. Karena jika salah memilih, maka akibatnya akan ditanggung selama beberapa tahun ke depan. Pemilih yang cerdas pasti tak akan menjual hak politiknya ataupun pilihannya untuk ditukar dengan sejumlah uang yang sangat receh yang hanya sanggup untuk bertahan hidup dalam beberapa hari kalau tak ingin dikatakan hanya sehari atau dua hari saja.

    Perhelatan politik dalam berbagai bentuk apakah itu Pemilu Legislatif, Pemilihan Kepala Negara, Pemilihan Kepala Daerah, Bahkan Pemilihan Kepala Desa hingga Ketua RT; akan menjadi perhatian dan campur tangan para Kapitalis yang memiliki kepentingan agar terus dan tetap bisa mempertahankan keberadaan dan supremasi bisnis yang telah dibangunnya sekian lama.

    Bukan bermaksud menganggap apalagi menuding kapitalisme ataupun Kapitalis itu semuanya jahat dan hanya mementingkan bisnis mereka dengan mengendalikan keputusan politis maupun keputusan-keputusan pemerintah terkait banyak orang, tapi tentu berbeda dengan kapitalisme bergaya preman yang sifatnya menghalalkan segala macam cara dan bertujuan menguasai semua sumber-sumber ekonomi dan menjadikan masyarakat (baca; akar rumput) hanyalah menjadi penonton ataupun menjadi pekerja yang sangat ketergantungan terhadap para Kapitalis.

    Edukasi politik untuk masyarakat sangatlah perlu agar mereka benar-benar menjadi pemilih yang berdaulat, bukan pemilih yang mudah diimingi dan dikendalikan dengan materi. Sehingga ada adagium 'memilih dengan mata hati bukan memilih karena mata uang'.


    Pemilih cerdas adalah pemilih yang berdaulat dengan hak pilihnya yang hanya dapat ia gunakan 1 kali alias 'one man one vote'.
    Para Kepala Daerah yang dihasilkan oleh proses demokratisasi yang dikawal oleh kesadaran menggunakan hak pilih dengan hati nurani; tentu akan berdaya untuk membela dan melindungi masyarakatnya, karena Kepala Daerah yang begini segala kebijakan dan keputusannya hanyalah untuk kepentingan masyarakatnya bukan kepentingan sekelompok orang (oligarki).

    Kepala Daerah yang dipilih dan terpilih oleh karena pilihan cerdas para pemilihnya tanpa iming-iming apapun apalagi praktik politik uang (money politic); tidaklah tergadai kepada siapapun terkecuali hanya kepada para masyarakat yang telah memilih dan memenangkannya menjadi Kepala Daerah.

    Waktu Pilkada hanya menyisakan sekitar 3 bulan ke depan, maka inilah saatnya masyarakat pemilih mulai sekarang berpikir untuk tidak tergiur oleh pemberian berupa bentuk apapun dari para Calon Kepala Daerah yang akan berlaga nantinya, dan bertindaklah sesuai dengan mata hati, mata bathin, bukan mata uang alias mata duitan.  

    'Vox populi vox Dei', suara rakyat adalah suara Tuhan. Ini hanya akan terjadi bila para pemilih sadar sebagai pemberi amanat kepada yang dipilihnya, bukan dikendalikan oleh yang akan dipilih. Campakkan dari pikiran kita bahwa Calon yang berduit banyak lah dan royal yang akan memenangkan pertarungan, tapi saatnya kita ubah pola pikiran tersebut dengan frasa 'yang santun, hormat kepada masyarakat dan merakyat yang akan menang.' (ISP)

    ------------------

    *[Infokus], merupakan tulisan berupa opini yang dikembangkan oleh Media ini. Dasar penulisan opini adalah Pasal 5 Undang Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pres; "Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah."

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.

    Beranda

    ... ...