Bagi sebagian besar orang Indonesia jika mendengar kata 'Arab' maka akan diidentikkan dengan Islam atau yang berhubungan dengan Agama Islam. Padahal kenyataannya Orang Arab atau dalam hal ini Bangsa Arab sama saja dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia ini yang memiliki beragam kepercayaan dan agama tak terkecuali Kristen (Kristiani).
Dikutip dari tulisan Maroun Lahlam di situs Oasis Center, memahami Kekristenan di Arab berarti juga memahami gereja-gereja mereka diantaranya adalah Gereja asli.
Banyak orang terkejut mengetahui bahwa Kristen Arab memang ada, dan bahwa ini pada dasarnya adalah Arab dan bukan Muslim yang telah meninggalkan agama mereka (murtad). Faktanya banyak negara yang rakyatnya bukan beragama Kristen sejak lahir.
Orang Arab beragama Kristen sudah ada sebelum Agama Islam hadir. Contoh yang mungkin sering ditulis dan diceritakan dalam khasanah Islam adalah seorang Arab beragama Kristen dari Suku Quraisy, Waraqah bin Naufal, sepupu dari Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi Muhammad SAW. Atau seorang Pendeta bernama Bukhaira (Bakhira) yang bertemu Abu Thalib saat melakukan perjalanan berdagang bersama Muhammad kecil.
Dua fakta membantu melestarikan iman Kristen para Orang Arab selama berabad-abad; liturgi dan pendidikan domestik. Liturgi khususnya nyanyian rohani, dipenuhi dengan dogma dan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari orang Kristen, dan rumah yang merupakan sekolah pertama di mana iman dipelajari.
Gereja Kalvari.
Ketika menyebut "Kalvari" yang dimaksud adalah sejarah panjang yang tidak dapat ditembus dan menyakitkan yang dialami gereja-gereja Arab. Gereja-gereja Timur terus makmur hingga pendudukan Islam (abad ke 7) dan setelah itu selama sekitar 2 abad. Di Umm Rasas, dekat Madaba ada sisa-sisa gereja yang kembali ke akhir abad ke 9. Sejak saat itu gereja-gereja Arab menghadapi situasi baru; mereka menjadi minoritas. Dari abad ke 15 bahwa gereja-gereja Arab hidup berdampingan dengan Islam, ada yang baik dan yang lain sulit, terutama akhir kekuasaan dinasti Abbasiyah, Fatimiyah (969-1171), Dinasti Mamluk (1250-1517) dan pemerintahan Ottoman (1515-1918). Setelah zaman ini, orang-orang Kristen Arab secara bertahap berkurang jumlahnya.
Memang benar bahwa Islam jarang menggunakan kekerasan untuk membuat orang Kristen mengubah agama mereka tetapi pertanyaan tentang jizyah (pajak yang dikenakan pada non-Muslim) dan upeti lainnya, pembatasan dan diskriminasi aktual, disamping kemiskinan materi; menyebabkan jumlah orang Kristen Arab menjadi sangat berkurang; 80 persen pada abad-abad pertama Islam, 50 persen pada saat Perang Salib, 20 persen pada abad ke 19 dan 5 persen hari ini.
Berapa banyak orang Kristen yang tinggal di Timur Tengah ?
Dikutip dari situs The Week jumlahnya antara 10 juta dan 12 juta. Timur Tengah adalah tempat kelahiran agama Kristen dan rumah bagi beberapa komunitas tertua, tetapi populasi Kristen telah menurun secara dramatis dari waktu ke waktu, terutama selama dekade terakhir. Ketika agama Kristen didirikan 2.000 tahun yang lalu, ia menyebar dengan cepat melintasi Kekaisaran Romawi, ke Mesir dan ke arah barat.
"Mohammad memulai penaklukkan oleh Muslim Arab di abad ke 7, menyebarkan Islam di seluruh wilayah, tetapi ia mengijinkan orang Kristen untuk terus mempraktikkan agama mereka. Umat Kristen tetap menjadi mayoritas di bagian-bagian Irak hingga abad ke 14, ketika penggerebekan oleh panglima perang Asia Tengah, Timur Lenk (Tamerlane) menghancurkan masyarakat. Abad ke 20 mengalami penurunan drastis, karena tingkat kelahiran yang rendah dan emigrasi diantara orang-orang Kristen. Pada tahun 1900 orang Kristen merupakan 25 persen dari populasi di Timur Tengah; pada tahun 2000 jumlahnya kurang dari 5 persen. Dan kemudian datanglah Perang Irak."
Setelah invasi pimpinan AS ke Irak, ketegangan sektarian yang lama diatasi oleh Saddam Hussein meletus menjadi perang saudara antara Sunni dan Syiah. Orang-orang Kristen Asyur berbahasa Aram dengan garis keturunan kuno - terperangkap dalam api salib. Dalam dekade sejak invasi, lebih dari setengah orang Kristen Irak telah melarikan diri ke kamp-kamp pengungsi di Suriah atau Yordania, mengurangi populasi sebelum perang lebih dari 1 juta menjadi sekitar 400.000, sebagian besar di daerah kantong Kurdistan Irak yang relatif toleran. Pada Oktober 2010, hanya beberapa bulan setelah pasukan tempur AS pergi, gerilyawan al Qaida di Irak melakukan pengepungan berdarah ke Gereja Our Lady of Deliverance di Baghdad selama misa Minggu malam, menewaskan 58 orang dan melukai 78 lainnya.
"Peristiwa tragis ini mengirim pesan yang kuat kepada orang-orang Kristen di Irak - mereka dalam bahaya besar dan harus meninggalkan negara itu," kata Tiffany Barrans dari Pusat Amerika untuk Hukum dan Keadilan. Orang-orang Kristen di negara-negara Musim Semi Arab akan segera merasakan hal yang sama.
Mengapa Musim Semi Arab membuat orang Kristen kuatir ?
Banyak negara Arab diperintah oleh kediktatoran sekuler yang menindas para ekstremis dan demokrat Islam dengan kejam. Pemberontakan yang dimulai di Tunisia pada akhir 2010 menyebar ke Mesir, Libya, dan kemudian Suriah. Banyak orang Kristen menolak untuk mendukung pemberontakan demokratis, setidaknya pada awalnya, karena mereka takut jatuhnya seorang diktator akan berarti bangkitnya negara Islam. Begitu para diktator jatuh, orang-orang Kristen dicap anti-revolusioner dan menderita serangan balasan. Kaum Islamis memenangkan mayoritas di sebagian besar pemilu pasca-revolusi, dan di beberapa tempat, terutama Mesir, mereka menulis ulang konstitusi untuk memberi Islam peran yang lebih sentral dalam pemerintahan dan hukum. ©Jurnalisia™
👀 8447
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.