courtesy : blog.satranarmatim |
Menurut Danlanal, pihaknya sudah memiliki dan memegang data terkait penyebaran ranjau laut tersebut. Hanya saja pihaknya belum bisa memastikan apakah semua ranjau itu dalam kondisi aktif dan meledak setiap saat.
"Ranjau laut yang pernah dipasang pasukan Jepang di masa Perang Dunia II itu sejenis ranjau jangkar yang mengapung. Dikarenakan proses sedimentasi, serta rantau jangkar yang putus seiring waktu dan hal lainnya sehingga ranjau terbenam ke dasar air. Kita takutnya kalau misalkan ada yang menacapkan tiang bangunan dan mengenai ranjau tersebut akan meledak," ujar Danlanal.
"Selat Laut ini masih kawasan ranjau sekitar 60
sampai 70 persen. Daerah depan Siring Laut juga masih ada. Namun ada
juga wilayah yang sudah bersih dari ranjau," kata Letkol Laut (P) Guruh Dwi Yudhanto, S.ST (dikutip dari banjarmasin.tribunnews.com edisi 10 September 2019).
Peringatan terkait penyebaran ranjau laut di perairan Kotabaru pun sudah cukup lama seperti dikutip dari Kompas Online edisi 30 Maret 2010; sekitar 450 ranjau laut yang masih aktif sisa Perang Dunia II diperkirakan masih berserakan di pesisir Pulau Laut, 1 dari 110 kepulauan di wilayah Kabupaten Kotabaru Kalsel. (Red)
Peringatan terkait penyebaran ranjau laut di perairan Kotabaru pun sudah cukup lama seperti dikutip dari Kompas Online edisi 30 Maret 2010; sekitar 450 ranjau laut yang masih aktif sisa Perang Dunia II diperkirakan masih berserakan di pesisir Pulau Laut, 1 dari 110 kepulauan di wilayah Kabupaten Kotabaru Kalsel. (Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.