Kekurangan Sapras SMKN 2 Tanah Bumbu Kurangi Penerimaan Murid Baru - Jurnalisia™

  • Jurnalisia™

    Mengusung Kearifan Lokal

    Jurnalisia™

    Sumber Data Cuaca: https://cuacalab.id

    Selasa, 09 Juni 2020

    Kekurangan Sapras SMKN 2 Tanah Bumbu Kurangi Penerimaan Murid Baru

    ilustrasi
    SMKN 2 Tanah Bumbu mengurangi jumlah penerimaan murid baru tak terkecuali tahun 2020 ini yang penerimaannya direncanakan pada pertengahan Juni 200 ini melalui online.

    Pengurangan penerimaan murid baru oleh SMKN 2 Tanah Bumbu, yang pernah memiliki murid terbanyak ini disebabkan beberapa indikator. Untuk itu Media ini merangkum pembicaraan dengan Ribut Giyono, Kepala SMKN2 Tanah Bumbu beberapa waktu lalu.

    Menurut Ribut Giyono, pengurangan penerimaan murid baru di sekolah yang dipimpinnya ini sudah berlangsung beberapa tahun, kini murid SMKN 2 Tanah Bumbu seluruhnya hanya berkisar 900 murid.

    "Murid kita tahun ini tidak sampai 1.000, dulu terbanyak di Tanah Bumbu; 1.350 murid, sekarang tinggal 900 karena 2 tahun terakhir kita sudah mengurangi rasio Rombel (Rombongan Belajar, Red) dari murid yang mendaftar baru," ungkap Ribut Giyono.

    Hal ini menurut Ribut Giyono kaitannya dengan beberapa indikator antara lain; rasio Rombel dengan jumlah Ruang Kelas Baru (RKB) tak pernah teratasi, karena sejak tahun 2011 sampai sekarang dari Pemkab maupun Pemprop tidak pernah memberikan tambahan RKB.

    "Beberapa kali diberi RKB dari Nasional pun setahun hanya 2 atau 3 RKB, sehingga kita tidak bisa mengejar pelayanan untuk publik dengan ketersediaan prasarana. Kita maunya pelayanan naik terus, tapi kesediaan sarana dan prasarananya tak bisa mengejar," tambah Ribut Giyono.

    Kemudian, SMKN 2 Tanah Bumbu sudah tak bisa lagi mengkondisikan murid yang belajar yang kurang dari yang seharusnya, dan kondisi ini sudah berlaku sejak sebelum kondisi darurat COVID-19.

    "Misalkan saja belajar yang seharusnya selama 45 menit, masyarakat selama ini mungkin tak pernah mengetahui kalau sebenarnya dikurangi. Karena jika tak dikurangi maka waktunya tidak mencukupi. Karena Rombel-nya 39 sedangkan kelasnya 24. Dengan cara menyusutkan waktu belajar sehingga para murid bisa bergantian waktu. Artinya jumlah tatap mukanya tetap namun waktu tatap mukanya yang berkurang," ungkap Ribut Giyono pula.

    Secara prosedur administrasi menurut Ribut Giyono; waktu belajar tetap 41 jam per minggu. Meski demikian pihak SMKN 2 Tanah Bumbu berani menjamin integratis kelulusan murid masih bisa diperhitungkan.

    "Kenapa kami berani begitu ? Karena kami berasumsi meskipun pada umumnya waktu belajar 45 menit namun waktu efektifnya paling cuma 35 menit. Makanya kurikulum saya tekan; berani tidak waktu belajar 35 menit tapi saya minta bersih tak ada waktu yang tercecer, dan para pengajar pun siap. Akhirnya bertahun-tahun kami sebenarnya waktu belajar bukan 45 menit tapi 35 menit. Tetapi kondisi saat ini tak bisa terus menerus, saya berusaha pelayanan harus maksimal dan optimal. Petimbangan itulah makanya 2 tahun berjalan kami mengurangi Rombel yang masuk," tutup Ribut Giyono. (Red)  


     
    ----------©----------
     

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.

    Beranda

    ... ...