courtesy : kba |
Kata apologis untuk sebagai alasan atas keteledoran yang terjadi atas tugas yang tak dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Bukan bermaksud menyalahkan siapapun, namun kembali mengingatkan agar jangan sampai terjadi di kemudian hari terhadap hal yang sama, karena akan sangat membahayakan apalagi terkait keselamatan dan keamanan banyak orang.
Peristiwa penggeladahan rumah dan penangkapan terhadap seorang terduga tersangka anggota jaringan terorisme, AS, warga asal Tasikmalaya Jawa Barat yang menetap dan menjadi warga Desa Batuah Kecamatan Kusan Hilir Tanah Bumbu.
Keberadaan AS yang beristrikan wanita asal Pagatan Kecamatan Kusan Hilir berinisial SR dan memperoleh 3 anak, selama 2.5 tahun tak terdeteksi oleh para petugas Pemerintahan Desa terutama Ketua RT yang adalah ujung tombak paling dekat dengan warga.
Tak diketahui aktivitas AS yang sehari-harinya sebagai guru mengaji ini hingga beberapa hari lalu ketahuan dengan operasi yang dilakukan oleh Tim Densus 88 Anti Teror yang menggeledah dan menangkap AS.
Jagat maya pun heboh oleh peristiwa tersebut, tak sedikit yang menuding peristiwa yang diberitakan berbagai media arus utama dan disebar ke media sosial dituding sebagai hoax. Tudingan hoax itu tak terlepas dari beberapa hal diantaranya dikarenakan tak sedikit postingan di media sosial terutama Facebook yang diragukan kebenarannya, sehingga pemberitaan yang benar pun akhirnya ikut diragukan kebenarannya.
Kecolongan.
Ini kata Kepala Desa Batuah kepada beberapa Kru Media yang memastikan peristiwa yang terjadi di desanya.
Banyak pertanyaan para netizen terkait kenapa sampai sekian lama tak diketahui siapa si AS sebenarnya. Tak melaporkan keberadaannya menetap di Desa Batuah. Bukankah ada Ketua RT dimana ia menetap dan bertempat tinggal, serta warga yang menjadi tetangganya yang sampai tak mengetahui siapa AS sebenarnya.
"Tamu atau pendatang wajib lapor 1 x 24 jam".
Kalimat tersebut sering terbaca di lingkungan desa maupun RT. Dengan peristiwa yang terjadi di Desa Batuah Kusan Hilir; tampaknya kalimat tersebut sudah kurang berlaku lagi dan 'boleh' diabaikan. Dan mengindikasikan pula kalau para warga di era milenial ini sudah mulai apatis terhadap siapa saja yang ada di lingkungannya. Dan ini merupakan suatu pelajaran berharga agar kita semua kembali peduli terhadap siapapun di lingkungan kita, peduli dalam pengertian positif tanpa mencurigai setiap orang adalah bertujuan jelek. Hati-hati dan berjaga-jaga, ini saja intinya. (ISP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.