Ramadhan di Tengah Pandemi COVID-19 di Beberapa Negara di Dunia - Jurnalisia™

  • Jurnalisia™

    Mengusung Kearifan Lokal

    Jurnalisia™

    Sumber Data Cuaca: https://cuacalab.id

    Jumat, 08 Mei 2020

    Ramadhan di Tengah Pandemi COVID-19 di Beberapa Negara di Dunia

    Melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadha 1441 hijriyah atau 2020 ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya terutama di negara-negara berpenduduk mayoritas beragama Islam. Sejumlah negara meberlakukan jam malam di tengah pandemi COVID-19 yang sedang melanda seluruh dunia.

    Sebut saja Mesir, dilansir dari deutchwelle (dw) Online; Perdana Menteri Mesir, Mostafa Madbouly mengatakan pada konferensi pers jam malam akan dimulai pukul 9 malam waktu setempat, bukan 8 p.m. hingga jam 6 pagi.

    Pemandangan shalat di mesjid di Pakistan selama COVID-19 (dw Online)


    Jam malam itu berarti umat Islam tidak akan bisa mengadakan pesta buka puasa keluarga besar, makan malam puasa selama Ramadhan, bahkan di rumah mereka.

    Grand Mufti Shawki Allam, otoritas agama tertinggi di negara itu, mengatakan semua Muslim yang sehat harus tetap berpuasa meskipun ada pandemi.

    "Setelah berkonsultasi dengan para ahli medis di tengah-tengah pandemi saat ini, kami menegaskan puasa tidak berdampak negatif pada orang yang sehat," kata Allam dalam satu video yang diposting di Facebook.



    Jakarta, ibukota Indonesia telah memperpanjang batasan sosialnya ketika umat Islam di negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia itu bersiap untuk puasa sebulan.

    Gubernur Jakarta, Anies Baswedan mengatakan pembatasan yang awalnya ditetapkan untuk berakhir sekarang akan berlangsung hingga 22 Mei 2020. Dia juga meminta kepada umat Islam untuk tidak melakukan kunjungan mesjid selama Ramadhan untuk mencegah wabah lebih lanjut.


    Para pemimpin Muslim Albania mendesak mat Islam untuk tinggal di rumah, mempraktikkan jarak sosial (social distancing) dan mendorong mereka untuk menghabiskan lebih banyak waktu mengajar anak-anak mereka tentang Islam. Sementara itu Turki telah melarang makan bersama selama liburan untuk menghindari penularan.
     

    Lain hal Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan telah menolak untuk menutup mesjid-mesjid negara itu meskipun ada peringatan dari Asosiasi Medis Pakistan bahwa pertemuan publik mirip dengan cawan petri dan akan mengganggu sistem kesehatan negara yang sudah rapuh. 

    Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mendorong umat Islam di seluruh dunia untuk "fokus pada musuh bersama kita - virus," dan mengulangi seruan sebelumnya untuk gencatan senjata segera untuk semua konflik.

    Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock berterimakasih kepada semua Muslim Inggris karena tinggal di rumah selama bulan Ramadhan, dan mengakui itu akan menjadi masa yang sulit bagi banyak Muslim selama penutupan.

    Di AS, sekitar 3,5 juta Muslim, kelompok agama terbesar ketiga di negara itu, dilarang melakukan shalat di mesjid. Sebagai gantinya ditawarkan layanan doa live streaming online.

    Walikota Minneapolis di negara bagian utara Minnesota memberikan ijin khusus untuk memungkinkan doa-doa disampaikan oleh pengeras suara untuk menandai awal Ramadhan.
     


    Jerman telah menutup tempat-tempat ibadah bagi banyak orang termasuk mesjid, gereja, dan sinagoge. Di tengah krisis COVID-19, sosialisasi di luar rumah dalam kelompok yang terdiri lebih dari dua (kecuali dari rumah tangga yang sama) dilarang.

    "Sesulit apapun bagi kita untuk menutup mesjid-mesjid kita selama bulan suci Ramadhan, adalah tanggungjawab agama dan sipil kita untuk melakukan hal itu pada fase saat ini," kata Aiman ​​Mazyek, sekretaris jenderal Dewan Sentral Muslim Jerman. (Red)


    ----------©----------
     

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.

    Beranda

    ... ...