Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.........
Selamat idul fitri 1441 H, minal aidin walfaidzin, mohon maaf lahir dan bathin.
Sebagai seorang Muslim yang merasa terkait langsung dengan perayaan idul fitri, saya pun mengirimkan ucapan selamat dan permohonan maaf kepada seluruh kenalan dan kerabat sesama Muslim; karena ini sudah tradisi setiap menjelang dan tibanya idul fitri.
Alhamdulillah sebagian besar dari mereka yang saya kirimi ucapan selamat dan permohonan maaf; membalasnya, bahkan tak sedikit kenalan yang Non Muslim mengirimkan ucapan selamat kepada saya.
Yang menjadi keheranan saya justru terdapat beberapa diantara kenalan sesama Muslim, seiman tentunya yang saya kirimi ucapan selamat dan permohonan maaf namun sama sekali tak menggubris apalagi membalas.
Tak habis pikir saya terhadap mereka yang bersikap acuh itu. Kemungkinan saja mereka itu menganggap tak perlu menggubris orang yang tak selevel baik secara ekonomi maupun status sosial di masyarakat.
Saya sengaja bermaksud menyindir mereka yang seiman namun masih menganggap diri mereka lebih baik dalam banyak hal, sehingga semacam ucapan selamat dan permohonan maaf saja tak perlu dilakukan terhadap yang tak selevel.
عَنْ أَبِيْ حَمْزَةَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ خَادِمِ رَسُوْل الله عَنْ النَّبِي قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya”. (HR Abu Hamzah dari Anas bin Malik)
Di hari yang penuh dengan kemenangan setelah berperang melawan hawa nafsu ini, saya kembali mengingatkan bahwa tujuan utama ibadah puasa adalah selain turut merasakan penderitaan para saudara kita yang kehidupannya serba sulit dan belum beruntung, adalah yang utama yakni berperang melawan hawa nafsu yang digambarkan oleh Rasul SAW perang yang lebih dahsyat daripada perang Uhud dimana umat Islam mengalami kekalahan waktu itu.
Mengendalikan dan me-manage hawa nafsu agar bisa bersikap sabar dalam hal apa saja; yang seterusnya diharapkan berkesinambungan dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya berlaku pada saat bulan puasa saja.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada umat sebelum kamu; agar kamu sekalian menjadi orang yang bertakwa." (QS Albaqarah 183)
Terdapat 2 poin utama dalam ayat qur'an di atas yakni beriman dan bertakwa. Ini berarti seseorang tak hanya dituntut beriman tapi juga bertakwa melalui ibadah puasa. Karena dalam firman Allah lainnya dikatakan bahwa yang paling mulia di sisi Allah adalah yang bertakwa. Jadi; beriman, bertakwa sehingga dapat predikat mulia, predikat yang membedakan seseorang dari yang lainnya.
Allah pasti Maha Adil, karena keadilan Allah sehingga untuk memperoleh predikat mulia dibukakan jalan melalui bertakwa, bukan berdasarkan ras, keturunan, warna kulit, status sosial ekonomi, pangkat, harta dan lainnya.
Kalau Allah saja tak membedakan manusia selain ketakwaan, justru manusia yang membuat sendiri kelas-kelas, kasta, golongan, derajat dan lainnya sehingga satu sama lain berbeda. Ada golongan proletar (mustadh'afin) dan ada golongan borjuis (mustakbirin) yang memandang manusia lainnya hanya berdasarkan status sosial ekonomi, berdasarkan kekayaan dan harta.
Kehidupan dunia hanyalah tipu daya belaka. Perputaran roda selalu terjadi. Tak sedikit orang kaya yang bisa jadi miskin dalam sekejap karena murka Allah. Dan tak sedikit yang berkuasa pun tumbang dalam hitungan menit semudah Allah membalik telapak tangan manusia.
Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/2460-nasehat-lukman-pada-anaknya-7-jangan-bertingkah-sombong.html
Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/2460-nasehat-lukman-pada-anaknya-7-jangan-bertingkah-sombong.html
Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/2460-nasehat-lukman-pada-anaknya-7-jangan-bertingkah-sombong.html
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Lukman 18).
Semoga kita semua termasuk orang-orang beriman lagi bertakwa dan mulia di sisi Allah, bukan termasuk orang-orang yang menyombongkan diri layaknya iblis laknatullah alaih, amien...........(ISP)
Selamat idul fitri 1441 H, minal aidin walfaidzin, mohon maaf lahir dan bathin.
Sebagai seorang Muslim yang merasa terkait langsung dengan perayaan idul fitri, saya pun mengirimkan ucapan selamat dan permohonan maaf kepada seluruh kenalan dan kerabat sesama Muslim; karena ini sudah tradisi setiap menjelang dan tibanya idul fitri.
Alhamdulillah sebagian besar dari mereka yang saya kirimi ucapan selamat dan permohonan maaf; membalasnya, bahkan tak sedikit kenalan yang Non Muslim mengirimkan ucapan selamat kepada saya.
Yang menjadi keheranan saya justru terdapat beberapa diantara kenalan sesama Muslim, seiman tentunya yang saya kirimi ucapan selamat dan permohonan maaf namun sama sekali tak menggubris apalagi membalas.
Tak habis pikir saya terhadap mereka yang bersikap acuh itu. Kemungkinan saja mereka itu menganggap tak perlu menggubris orang yang tak selevel baik secara ekonomi maupun status sosial di masyarakat.
Saya sengaja bermaksud menyindir mereka yang seiman namun masih menganggap diri mereka lebih baik dalam banyak hal, sehingga semacam ucapan selamat dan permohonan maaf saja tak perlu dilakukan terhadap yang tak selevel.
عَنْ أَبِيْ حَمْزَةَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ خَادِمِ رَسُوْل الله عَنْ النَّبِي قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya”. (HR Abu Hamzah dari Anas bin Malik)
Di hari yang penuh dengan kemenangan setelah berperang melawan hawa nafsu ini, saya kembali mengingatkan bahwa tujuan utama ibadah puasa adalah selain turut merasakan penderitaan para saudara kita yang kehidupannya serba sulit dan belum beruntung, adalah yang utama yakni berperang melawan hawa nafsu yang digambarkan oleh Rasul SAW perang yang lebih dahsyat daripada perang Uhud dimana umat Islam mengalami kekalahan waktu itu.
Mengendalikan dan me-manage hawa nafsu agar bisa bersikap sabar dalam hal apa saja; yang seterusnya diharapkan berkesinambungan dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya berlaku pada saat bulan puasa saja.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada umat sebelum kamu; agar kamu sekalian menjadi orang yang bertakwa." (QS Albaqarah 183)
Terdapat 2 poin utama dalam ayat qur'an di atas yakni beriman dan bertakwa. Ini berarti seseorang tak hanya dituntut beriman tapi juga bertakwa melalui ibadah puasa. Karena dalam firman Allah lainnya dikatakan bahwa yang paling mulia di sisi Allah adalah yang bertakwa. Jadi; beriman, bertakwa sehingga dapat predikat mulia, predikat yang membedakan seseorang dari yang lainnya.
Allah pasti Maha Adil, karena keadilan Allah sehingga untuk memperoleh predikat mulia dibukakan jalan melalui bertakwa, bukan berdasarkan ras, keturunan, warna kulit, status sosial ekonomi, pangkat, harta dan lainnya.
Kalau Allah saja tak membedakan manusia selain ketakwaan, justru manusia yang membuat sendiri kelas-kelas, kasta, golongan, derajat dan lainnya sehingga satu sama lain berbeda. Ada golongan proletar (mustadh'afin) dan ada golongan borjuis (mustakbirin) yang memandang manusia lainnya hanya berdasarkan status sosial ekonomi, berdasarkan kekayaan dan harta.
Kehidupan dunia hanyalah tipu daya belaka. Perputaran roda selalu terjadi. Tak sedikit orang kaya yang bisa jadi miskin dalam sekejap karena murka Allah. Dan tak sedikit yang berkuasa pun tumbang dalam hitungan menit semudah Allah membalik telapak tangan manusia.
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/2460-nasehat-lukman-pada-anaknya-7-jangan-bertingkah-sombong.html
Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/2460-nasehat-lukman-pada-anaknya-7-jangan-bertingkah-sombong.html
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/2460-nasehat-lukman-pada-anaknya-7-jangan-bertingkah-sombong.html
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/2460-nasehat-lukman-pada-anaknya-7-jangan-bertingkah-sombong.html
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/2460-nasehat-lukman-pada-anaknya-7-jangan-bertingkah-sombong.html
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Lukman 18).
Semoga kita semua termasuk orang-orang beriman lagi bertakwa dan mulia di sisi Allah, bukan termasuk orang-orang yang menyombongkan diri layaknya iblis laknatullah alaih, amien...........(ISP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.