[Infokus] Pelaku Kejahatan Adalah Korban Masyarakat Yang Egois dan Apatis - Jurnalisia™

  • Jurnalisia™

    Mengusung Kearifan Lokal

    Jurnalisia™

    Sumber Data Cuaca: https://cuacalab.id

    Rabu, 29 April 2020

    [Infokus] Pelaku Kejahatan Adalah Korban Masyarakat Yang Egois dan Apatis

    Mungkin suatu waktu kita pernah menerima keluhan baik teman, sahabat, orang dekat, tetangga, bahkan mungkin orng yang batu kita kenal beberapa menit lalu.
    Dalam kehidupan sehari-hari manusia merupakan makhluk sosial atau istilahnya adalah zoon politicon; yang ketergantungan satu sama lain tanpa memandang strata sosial, ekonomi, adat budaya, etnis, kepercayaan, agama dan lain sebagainya.

    Tak jarang kita mengabaikan saja keluhan yang disampaikan seseorang ke kita karena kita menganggap itu bukanlah urusan kita, bisa juga kita tak ingin terlibat urusan orang lain, kita anggap keluahan itu hanya membebani kita bahkan berpotensi merugikan kita, dan lain sebagainya pula.

    Contoh saja, terdapat seseorang yang kita kenal datang ke tempat kita mengeluh karena tak punya duit sedangkan dia sangat memerlukan. Dia bermaksud meminjam duit atau berhutang, namun dengan berbagai alasan kita menolaknya dengan mengatakan kepadanya kalau kita pun sangat butuh duit padahal sebenarnya kita memiliki cukup duit untuk membantunya. Atau kita bisa berpikiran kalau seseorang yang datang ingin pinjam duit itu nantinya akan sulit membayar utangnya, lalu kita pun memutuskan tak membantunya dengan alasan tertentu yang kita cari-cari sebagai dalih.

    Bagaimana kalau seseorang yang tadinya bermaksud minta bantuan atau pertolongan itu berpikir tentang tindak kejahatan untuk dapat memenuhi kebutuhannya, dan dia benar-benar melakukan tindak kejahatan terhadap orang lain dikarenakan tak membantunya ?
    Secara tidak langsung kita sudah menjadi satu diantara penyebab dia melakukan tindak kejahatan. Karena dengan memberikannya pinjaman setidaknya kita sudah melakukan pencegahan agar tindak kejahatan tak terjadi.

    Para pelaku kejahatan kebanyakan merupakan korban dari lingkungan dimana ia bertempat tinggal dan bergaul. Para anggota masyarakat yang hidup berkecukupan kebanyakan cenderung lebih suka bergaul dengan sesama mereka, menganggap kelas ekonomi yang di bawahnya adalah mereka yang malas dan menjadi beban kehidupan sosial. Padahal tak setiap orang miskin itu pemalas tapi mereka orang-orang yang belum beruntung dan belum memperoleh kesempatan bagus secara ekonomi.

    Para Orang yang belum beruntung itu kebanyakan diabaikan oleh lingkungannya. Keluhan mereka jarang didengar karena bisa dianggap hanya dibuat-buat agar menimbulkan belas kasihan. Di masyarakat yang cenderung apatis atau komunitas apatis yang egosentris akan menimbulkan kesenjangan soial (social gap) dan sentimen yang dapat memicu sebagian anggota masyarakat yang lain mudah melakukan tindakan kejahatan.

    Akan berbeda jika di suatu lingkungan atau komunitas masyarakat yang saling membantu dalam hal apa saja; ini akan menghasilkan suatu hubungan sosial yang harmonis dan aman. Karena tiap anggota masyarakat merasa sebagai satu kesatuan yang senang bersama dan sakit pun juga dirasakan bersama. 

    Agama Islam mengajarkan kepada umatnya tentang sosialisme dimana satu sama lain umat Islam bersaudara agar tercipta kehidupan yang rukun, aman,, damai dan harmonis.


    الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ


    “Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lainnya. Tidak boleh mendhaliminya dan tidak boleh pula menyerahkan kepada orang yang hendak menyakitinya. Barangsiapa yang memperhatikan kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan kesulitan seorang muslim, niscaya Allah akan melapangkan kesulitan-kesulitannya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi kesalahannya kelak di hari kiamat” [HR. Bukhari no. 2442, Muslim no. 2580, Ahmad no. 5646, Abu Dawud no. 4893, at-Tirmidzi no. 1426 ; dari Abdullah bin ‘Umar radliyallahu ‘anhuma].

    Alangkah indahnya apa yang telah dianjurkan oleh Rasul Allah Muhammad SAW terkait hubungan antar sesama Muslim. Dan lebih dari itu juga diajarkan tentang hubungan antar manusia oleh Allah SWT dalam firmanNya.

    يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

    “Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal. [QS. al-Hujurat ayat: 13]

    Di bulan suci Ramadhan ini marilah kembali kita sama-sama merenung akan berbagai nikmat, rejeki dan karunia Allah yang telah kita peroleh dikarenakan oleh kasih sayang Allah kepada kita. Jangan pernah menganggap apa yang kita dapat dan peroleh itu adalah hasil jerih payah kita semata, karena semua itu adalah karena Allah kasihan dan memberi kepercayaanNya; mencukupkan segala kebutuhan kita dan juga mengabulkan apa yang menjadi keinginan kita. 
    Pada setiap keberhasilan yang kita capai dan peroleh itu terdapat andil dan ikut campur manusia lainnya disamping karena perkenan Allah semata. Tak akan ada orang yang disebut kaya kalau tak ada orang-orang miskin sebagai pembanding. 

    Di situasi dan kondisi pandemi COVID-19 ini tak sedikit orang yang tak beruntung dan terpuruk yang sangat memerlukan perhatian dan bantuan dari mereka yang masih beruntung, dan Allah pasti akan membalas setiap kebaikan yang telah diperbuat, amien allahumma amien........selamat berpuasa kepada seluruh umat Islam dimanapun berada. (ISP) 

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.

    Beranda

    ... ...