Sekolah dari rumah (istilah media ini) bagi para murid sekolah berbagai jenjang hingga hari ini tetap terus berlanjut di seluruh wilayah RI tak terkecuali di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu.
----------©----------
Kalau di lingkungan birokrasi dan lainnya ada istilah Work From Home (WFH) maka sekolah di rumah secara online ini pun boleh juga disebut dengan istilah yang mirip; Study at House. Belajar di rumah, dipandu orangtua murid dan gurunya yang tak berada di tempat alias remote teacher dengan menggunakan wahana ponsel cerdas (smart phone), kebanyakan dilakukan oleh TK dan SD sederajat.
Praktis, efektif ?
Tergantung perspektif tiap orang yang mengalaminya.
Praktis, karena tak harus pergi secara fisik ke sekolah.
Efektif, boleh jadi bagi yang orangtua muridnya memiliki kemampuan baik finish maupun akademik (pendidikan) yang cukup mumpung.
Contoh saja, terdapat seorangtua murid TK yang mana ia selama ini hanya memiliki dan menggunakan ponsel dengan sistem operasi symbian dan java tanpa kamera pula; keperluannya hanya untuk menelpon dan mengirim pesan singkat (SMS), namun dengan adanya belajar di rumah secara dan sistem online maka tentu saja ini tak dapat ia lakukan. Secara finasial sebenarnya ia tak mampu membeli ponsel cerdas dengan sistem operasi android, IOS atau OS, namun keperluan mendesak lah yang mengharuskannya memiliki ponsel cerdas bagi keperluan anaknya.
Tak sampai disitu saja. Ponsel cerdas bukan hanya berkerja dengan sistem operasi yang canggih tapi juga berkerja dengan kuota internet yang membuatnya bisa cerdas sama seperti halnya otak manusia yang perlu asupan supaya dapat membuatnya berpikir dan berkerja.
"Saya terpaksa harus membeli smart phone dengan cara mencicilnya tiap bulan, belum lagi harus mengisi kuota internet ratusan ribu rupiah," ungkap seorangtua murid yang anaknya bersekolah di satu TK di Batulicin.
Kemudian kemampuan akademik atau tingkat pendidikan orangtua murid mutlak diperlukan pula dalam memandu dan membimbing anaknya yang belajar secara online di rumah. Karena tak setiap orangtua murid mengerti dan mamahami pelajaran anaknya.
"Pusing saya harus menjawab tiap pertanyaan yang diajukan anak saya, saya suruh saja tanya ke google atau mencarinya di youtube," ujar seorangtua murid yang anaknya sekolah di SD kelas 2 di Simpang Empat.
Ada pula orangtua yang karena tak ingin repot memandu dan membimbing anaknya, ia lebih memilih mendatang guru privat ke rumahnya.
"Daripada pusing dan tak bisa berkativitas lainnya, saya memilih mengundang guru les saja ke rumah, lebih baik membayar guru privat saja," ungkap seorangtua lainnya.
Kita berharap kondisi seperti ini cepat berlalu, dan berharap pula sistem belajar seperti ini tak menjadi keterusan karena nantinya dianggap dan pertimbangan praktis, efektif dan efisien. (ISP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.