Courtesy : blogtahukahanda |
Karena menerima dengan keimanan adalah perbuatan cenderung taklid dan pasrah, sedangkan menerima dengan pemikiran dan akal adalah 'manusia banget' karena akal itulah pembeda manusia daripada makhluk lainnya.
Diceritakan ketika Rasul SAW usai melaksanakan perjalanan Isra dan Mi'raj yang sangat ajaib itu, para Arab Kafir Jahiliyah masa itu semuanya mendustakannya. Mereka pun memberikan berbagai reaksi diantaranya mengatakan bahwa Muhammad tak lain hanyalah seorang pendusta, pendongeng, pemimpi dan sebagainya. Karena mereka menganggap hal yang dilakukan oleh Rasul SAW itu sangatlah tidak mungkin alias mustahil.
سُبْحٰنَ الَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَا الَّذِى بٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Q.S Al Isra 1)
Jika membaca surah alqur'an tersebut di atas, peristiwa perjalanan Isra dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW bukanlah atas kehendak Beliau tapi kehendak Allah pencipta dan pemilik alam semesta ini, yang tak ada sesuatupun yang mustahil bagi Allah termasuk memperjalankan Rasul SAW dari satu tempat ke tempat lainnya yang jaraknya sangat teramat jauh hanya dalam 1 malam.
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا
Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya. (Q.S Thaha : 110)
Intinya adalah tak ada yang mustahil bagi Allah SWT dengan ilmunya yang meliputi seluruh alam semesta ini.
Secara logika saja manusia yang diberikan ilmu hanya sedikit sekali; ibarat sebutir pasir di padang gurun luas; manusia mampu menjelejahi ruang angkasa, membangun peradaban yang sangat maju dengan teknologi yang serba maju pula, apalagi Allah SWT dengan ilmu yang tak terbatas sebagai pemilik ilmu sendiri.
Peristiwa perjalanan Isra dan Mi'raj Nabi Besar Muhammad SAW ini bukanlah hoax tapi benar-benar ilmiah membandingkannya dengan peradaban serta kemajuan teknologi saat ini.
Secara sederahan saja kalau orang-orang yang hidup beberapa abad sebelumnya tentu tak akan percara jika kita katakan seekor semut atau keong yang jalannya lambat akan sampai ke tujuan yang jaraknya ratusan kilometer hanya dalam hitungan jam.
Tapi dengan ilmu manusia yang diberi hanya sedikit, yang menciptakan berbagai teknologi termasuk di bidang transportasi, seekor semut maupun keong dengan menumpang pesawat terbang akan sampai ke suatu tempat yang jaraknya ratusan kilometer.
Jadi peristiwa Isra dan Mi'raj Rasul SAW adalah kehendak Allah SWT dengan ilmuNya, sama sekali bukan kehendak Rasul SAW. Dan mereka yang mendustakan peristiwa penuh keajaiban atau mujizat itu adalah mereka yang diberikan akal tapi akalnya belum dapat menjangkau ilmu Allah, dan mereka yang sama sekali tak mau menggunakan akalnya alias tak mau berpikir dengan akalnya tersebut.
Kalau manusia di era modern ini menggunakan berbagai jenis alat transportasi yang dikenal dengan pesawat terbang. Dengan ilmuNya Allah kemungkinan saat menerbangkan Rasul SAW itu menggunakan alat transportasi maha canggih yang tidak lagi berkecapatan cahaya, bisa jadi berkecepatan nur maupun berkecepatan perasaan. Maha Vesar Allah dengan segala ilmuNya. (ISP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.