Editorial | Bodo Amat Virus Corona, Tak Perlu Panik - Jurnalisia™

  • Jurnalisia™

    Mengusung Kearifan Lokal

    Jurnalisia™

    Sumber Data Cuaca: https://cuacalab.id

    Minggu, 08 Maret 2020

    Editorial | Bodo Amat Virus Corona, Tak Perlu Panik

    Beberapa hari lalu saya keluar masuk beberapa minimarket mencari masker. Istri saya berpesan melalui aplikasi WA agar saya kalau pulang membawakan masker untuk anak saya.

    Saya pun memasuki beberapa minimarket terkenal untuk mendapatkan masker; habis, tidak ada. Beberapa orang pun tampak celingukan seperti saya, sama mencari masker, sama-sama keluar minimarket dengan rasa kecewa. Akhirnya saya mendapatkan masker di satu toko bukan minimarket, toko menjual segala rupa yang kalau di negeri jiran mungkin ini yang dinamakan kedai runcit. 

    Saya tak pernah beli masker sebelumnya jadi saya tak tahu persis harga masker berapa. Karena harus bawa masker pulang ke rumah harga masker Rp 50 ribu sebungkus pun saya beli, isinya 10 masker kain.

    "Mahal harganya ini," kata isteri saya saat pulang menyodorkan masker.
    Ah sudahlah pikirku, mahal tapi masih dapat beli ketimbang murah tapi barangnya tak ada.

    Beberapa hari kemudian saya teringat tentang masker yang saya beli itu. Saya pun menanyakannya kepada isteri saya untuk apa, karena saya usai baca berita tentang masker dan virus corona.

    "Itu dipakai anakmu, apa tidak memperhatikan kalau anakmu setiap pergi ke sekolah selalu pakai masker," ujar isteri.

    Oh.....saya kira anak saya ikut trend pakai masker karena takut virus corona, ternyata tidak. Juga baru ingat kalau isteri setiap pergi keluar rumah menggunakan sepeda motor selalu pakai masker. 
    Syukurlah mereka tidak panik hanya karena masalah virus corona yang akhir-akhir ini seolah menjadi momok menakutkan melebihi lainnya.

    Apalagi dengan adanya info 2 orang Indonesia yang terindikasi positif terkena virus corona, di berbagai jenis media sosial hingga pemberitaan media online memenuhi ruang publik. Padahal hanya 2 orang dari sekian ratus juta rakyat negeri ini yang sudah sangat teruji dengan berbagai virus yang jauh lebih berbahaya daripada sekedar virus corona yang baru memperkenalkan dirinya sebagai jenis virus penyakit terkait pernafasan. Padahal yang sejenis itu sudah sangat biasa menyerang; misalnya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang disebabkan oleh debu termasuk debu batubara yang terhirup warga sedangkan duitnya lancar mengalir ke koper dan brankas para Kapitalis.

    Apalah arti virus corona yang baru muncul dan para ahli kesehatan dan medis berupaya keras menemukan obatnya, tak bukan mustahil virus nyasar itu akan segera lenyap. Dibandingkan dengan virus kemiskinan, virus intoleran, virus radikalisme berkedok agama, virus kapitalisme, virus hedonisme, dan berbagai virus yang tak menyerang organ tubuh tapi otak dan hati manusia; jauh lebih sulit menemukan obatnya.

    Jangan panik !
    Tentu saja tidak. Ada 1 istilah yang sering terdengar dan sudah lama ada; 'Belanda masih jauh'.
    Istilah sederhana yang menandakan ketenangan anak negeri ini sejak lama, hanya saja yang membuat kepanikan berlebih itu sejak adanya berbagai jenis media sosial, yang mana setiap orang ingin merasa diperhatikan dengan hasil ketukan jari dan isi kepalanya tanpa memikirkan apakah hasil ketikan jari dan isi kepalanya itu benar atau bohong, serius atau bercanda. Jadi akhir dari tulisan ini adalah bijaksana untuk menggunakan media apapun bentuknya agar tak membuat kegaduhan massal. Tetap tenang, tak usah panik, perbanyak berdoa kepada yang punya kehidupan ini yang setiap saat dapat merenggut kehidupan dari siapa saja tak harus menggunakan virus corona. 

    Perlu kalian tahu saat saya menulis ini saya tak sedang menggunakan masker seperti yang dilakukan oleh seorang pembaca berita di satu (one) stasiun televisi. (ISP)

    ----------©----------
     

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.

    Beranda

    ... ...