Entah sudah berapa bulan para warga pemohon KTP Elektronik menanti dalam harapan untuk bisa mendapatkan selembar kartu tanda bukti identitas diri itu. Saya saja sudah berharap lebih dari 4 bulan hingga hari ini belum juga memperoleh KTP, padahal KTP lama yang terselip didalam dompet Saya ini hampir expired alias habis masa tenggang waktunya.
Harapan Saya dan ribuan warga lainnya di daerah ini, tampaknya mesti berlanjut jika tak ingin dikatakan setengah mustahil bisa mendapatkan KTP Elektronik.
Apa hal?
Sudah tentu, dengan merebaknya pemberitaan di berbagai media massa terkait adanya praktik korupsi senilai Rp 2.3 trilyun di proses pengadaan KTP ini.
Apa hal?
Sudah tentu, dengan merebaknya pemberitaan di berbagai media massa terkait adanya praktik korupsi senilai Rp 2.3 trilyun di proses pengadaan KTP ini.
Jumlah yang sangat fantastis, sangat banyak bila Kita membayangkan duit sebegitu besar dijejer dan disambung entah berapa meter atau kilometer panjangnya, atau jika ditempatkan didalam peti kemas, entah berapa peti kemas.
Korupsi memang tak pernah sepi di Republik ini, dan selalu melibatkan Pejabat Publik.
Berharap korupsi terhapus dari bumi Nusantara ini sama seperti berharap seekor kura-kura dapat berlari secepat kelinci, sangat mustahil dan absurd.
Berharap korupsi terhapus dari bumi Nusantara ini sama seperti berharap seekor kura-kura dapat berlari secepat kelinci, sangat mustahil dan absurd.
Jangan cuma urusan KTP yang dikorup, dana untuk mencetak Alquran saja berani mereka korupsi. Pokoknya para Koruptor di negeri ini sudah tak memiliki rasa takut kepada siapapun.
Apakah fenomena ini terkait lemahnya penegakan hukum (law enforcement)?
Itu satu dari beberapa faktor yang membuat sulitnya pemberantasan korupsi. Selain itu lebih disebabkan mental yang bobrok meski para Koruptor berpenampilan religius. (ISP)
Itu satu dari beberapa faktor yang membuat sulitnya pemberantasan korupsi. Selain itu lebih disebabkan mental yang bobrok meski para Koruptor berpenampilan religius. (ISP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.