Penulis,
Happy Syafaat Sidiq.
"Dengan membaca engkau akan mengenal dunia dan dengan menulis
engkau akan dikenal dunia."
Itulah pameo yang biasa digunakan bagi buruh yang
berkutat dalam dunia tarik pena. Ia mengerti
bahwa tak ada yang bisa diandalkan selain apa yang ada dalam dirinya
sendiri. Ia ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah dirinya.
Dirinya bukan ayahnya, dirinya bukan ibunya, dan dirinya
bukan jabatan atau pangkatnya. Dirinya adalah “ia” dan
dirinya ada adalah dengan suatu karya.
Menulis memang dan
bahkan sulit, berat dan memekikkan. Ia
terkesan sedemikian hingga karena ia kerap menjadi momok bagi si tuan pena. Biasanya ia bingung tentang apa yang harus ia tulis. Ia
merasa kepalanya hanya ruang hampa yang memenjarakan kata-kata. Ia tak tahu
ke arah mana penanya harus ia lecutkan. Dengan gaya yang bagaimana ia
menyampaikan gerutunya. Dengan pola yang seperti apa ia harus merangkai kalimat
per kalimatnya. Itulah yang kerap kali terngiang dalam setiap benak
penulis sehingga ia tidak sesegera mungkin memuncratkan tinta hitamnya.
Kepala
plontos tanpa sehelai rambut menengadahkan wajahnya ke langit. Ia menatap
penuh harap bentang khatulistiwa yang menghampar luas di atasnya. Sesekali ia
nampak cemas dengan kerutan yang mulaii muncul di keningnya. Ia murung. "ada
apa denganmu?", tanya teman disampingnya. “Kamu sedang memikirkan sesuatu?,
lanjutnya. ”Apa yang kamu pikirkan, kamu bingung?”, desaknya lagi.
Memang, inspirasi tak dapat dipaksakan tapi
dapat diusahakan. Menulis salah satunya, ia terwujud karena ada suatu
inspirasi. Ada suplemen yang membangkitkan gairah agar
bisa mengacungkan
pena. Membaca buku misalnya, selain ia memberikan pengetahuan, ia
juga dapat menginspirasi lewat pesan yang dikandungnya. Hal yang paling mudah untuk menimbulkan suatu inspirasi adalah apa yang
berada di sekitar kita Seremeh apapun itu, Anda dapat membangunnya.
Biasanya seseorang ragu hanya untuk sekedar membuka tulisan.
Ia bingung dengan kata yang seperti apa ia harus memulainya. Dengan kalimat
yang seperti apa ia harus menyapanya. Dan dengan pola yang seperti apa ia harus
mengawalinya. Itulah yang biasanya menakut-nakuti seorang penulis hingga tak
lekas menggoreskan penanya. Ia bingung, ia bimbang, ia ragu dan akhirnya tak sepatah
kata pun bersarang di lembaran kertas putihnya. Itulah kecenderungan yang
menghantui, bahkan bagi seorang penulis profesional sekalipun.
Al-Qur’an
mengajarkan bagaimana seharusnya seseorang harus berperilaku lewat kandungan
makna tersuratnya, tapi ia juga mengajarkan kita bagaimana menghadapi sebuah
persoalan lewat metode dan tekstur untaian kalimat
tersiratnya. Seperti yang Anda ketahui, Al-Qur’an tak pernah sekalipun ragu mengawali
sebuah Surat dengan kata-kata yang mengejutkan. Ia langsung saja menyapa, misalnya dengan yaasiin,
nuun, alif laam miim dengan tanpa ragu sedikitpun. Ia mantap
menjadikannya sebagai kata pertama. Dalam surah Al Alaq diawali
dengan kata iqra’ (bacalah) yang mengindikasikan bahwasanya surah yg
diturunkan pada malam Nuzulul Qur’an jelas menerangkan tentang pendidikan, yaitu
membaca. Dari membaca kita akan mengetahui apa-apa yang belum terjamah oleh
otak kita lantas dituangkan dalam bentuk tulisan.
Di negara kita budaya menulis masih dapat
dibilang kurang, mengapa ? karena kita tak mengawalinya sejak dini. Atau bahkan
asing bagi kita, terkadang seseorang dapat mengekspresikan pikirannya melalui
dialog, musyawarah dan lain sebagainya tetapi tidak menulis. Hemat penulis
disini mengajak para generasi penerus bangsa betapa pentingnya menulis. Betapa
tidak, para anak muda kini terhipnotis oleh imperialis bernama handphone yang
terjadi dewasa ini. Sungguh miris, anak muda tidak bisa meninggalkan handphone
lebih dari delapan belas jam. Coba bayangkan bila dalam waktu delapan belas jam
itu digunakan untuk menulis , betapa hebat negeri ini bila para generasi
penerusnya seperti itu.
Dan untuk yang terakhir kalinya,
dengan menulis berarti Anda melawan lupa. Sebuah tulisan akan abadi dalam
memori sejarah. Tak akan pernah habis meskipun sejarah hanya menjadi sejarah.
Ia akan tetap ada karena ia adalah sebuah karya. Sebuah karya yang dunia akan
mengenalnya, mengakuinya dan mengaguminya. Buktikan bila Anda mampu dikenal
dunia dan makhluk seisinya. Mari menulis dan melawan lupa.
*Tulisan tersebut diatas sudah melalui proses penyuntingan sesuai penulisan kaidah Bahasa Indonesia tanpa mengubah maksud sedikit pun. (Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.