Pemkab Tanah Bumbu akan melakukan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) kepada masyarakat. Kegiatan ini menyusul masuknya bulan pencanangan Eliminasi kaki gajah (filariasis)
yang digelar secara nasional sejak 1 hingga 30 Oktober nanti, akan dilakukan secara
serentak di berbagai kecamatan. Tujuannya tiada lain untuk menyelamatkan
masyarakat dari penularan penyakit yang membahayakan sehingga
mengakibatkan pembengkakan kaki secara permanen.
"Melalui bulan pencanangan yang dirangkai dengan
pemberian obat pencegahan massal ini diharapkan masyarakat Kabupaten
Tanah Bumbu benar-benar akan terbebas dari penyakit kaki gajah," kata Sekdakab Tanah Bumbu, Drs. Said Akhmad saat membuka
Rapat Kesiapan bulan pencanangan Eliminasi kaki gajah, di ruang Rapat
Setda, Kamis (15/09/16).
Sekdakab menambahkan, untuk menjangkau target sasaran dalam
pemberantasan penyakit itu diperlukan sosialisasi secara berantai, terutama peran Dinkes setempat melalui Puskesmas yang tersebar di tiap
Kecamatan untuk mengejar sasaran tersebut.
"Sebelum melakukan POPM itu, pihak medis terlebih dahulu
memberikan pengertian kepada masyarakat atas manfaat obat tersebut, sehingga masyarakat benar-benar mengetahui dan sadar betapa pentingnya
pemberian obat pencegahan penyakit yang harus diantisipasi sejak
dini," tandas Sekdakab pula.
Terkait sosialiasi itu, tidak hanya peran Dinkes maupun
Puskesmas. Menurut Sekdakab, peran Camat dan Kepala
Desa merupakan garda terdepan di wilayahnya untuk bisa mengimbau
masyarakat di lingkungannya untuk berpartisipasi menyukseskan kegiatan
tersebut.
Untuk lebih efektifnya lanjut Sekdakab, peran Dinas Pendidikan
tak kalah penting dalam mendukung suksesnya pencegahan tesebut. Kegiatan POPM nantinya harus menyasar pada anak siswa sekolah,
sebab generasi pertama yang harus diselamatkan adalah anak siswa
sekolah.
“Sasaran minum obat secara serentak di tiap sekolah
dirasa sangat tepat. Kalau menunggu anak siswa minum obat pencegahan ke
Puskesmas dipastikan kurang efektif. Logikanya anak yang sakit saja
kadang susah diajak ke Puskesmas apalagi kalau merasa tidak sakit,”
ujarnya.
Dalam kesempatan itu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Tanah Bumbu melalui Kabid Pengendalian Masalah Kesehatan, H.
Rakhmatullah menjelaskan Filariasis muncul akibat dari penularan cacing
filaria oleh berbagai jenis nyamuk. Dikatakannya Indonesia menetapkan eliminasi Filariasis
sebagai satu prioritas nasional dalam pengendalian penyakit
menular. Sebab pada tahun 2002 hingga 2014 telah ditemukan 418 kasus di kabupaten/kota se Indonesia. Kemudian 241 diantaranya merupakan daerah
endemis filariasis dengan resiko penularan yang cukup tinggi.
Sambungnya, untuk mengetahui potensi tinggi atau
rendahnya endemis di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, maka pada tahun
2005 telah dilakukan survey darah jari di 2 Kecamatan yakni Batulicin
dan Kusan Hulu. Dari survey tersebut lanjutnya telah didapatkan
kepadatan Microfilaris (MF Rate) di masing-masing Kecamatan. Dan
terbukti hasil survey di wilayah 2 Kecamatan tersebut berada pada MF
Rate 1,39% dan 2,49% dan itu termasuk sebagai endemis filariasis.
"Berdasarkan ketentuan Menkes bila hasil survei diatas 1%
MF Rate, maka wilayah Kabupaten itu wajib melakukan POPM. Diharapkan
dengan melakukan POPM tersebut dapat menurunkan MF Rate di wilayah kita
dan ke depannya POPM berhasil mencapai eliminasi filariasis indonesia pada tahun 2020 ," pungkasnya. (Rel)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.