Oleh : Imi Surya Putra
Pemimpin Umum/Redaksi
Beberapa hari lalu Saya mengobrol dengan seorang pria separuh baya yang sedang menunggu kedatangan seorang anaknya yang naik kapal laut dari Pelabuhan Tanjung Mas Semarang Jawa Tengah.
Kami pun sebentar menjadi akranb setelah terlebih dulu berkenalan. Ternyata pria itu merupakan warga satu desa di kaki Pegunungan Meratus yang masuk kawasan Kecamatan Hampang Kabupaten Kotabaru. Singkatnya pria itu merupakan warga etnis Dayak Meratus.
Mengetahui pria tersebut warga Kabupaten Kotabaru, pertama yang saya tanyakan adalah kondisi jalan dari ibukota kecamatan ke desanya, dan kondisi jalan keluar kecamatan.
"Jalan ke Hampang dari Cantung (Kelumpang Hulu, Red) kini tambah rusak, tak ada perbaikan yang berarti sejak sekian lama," jawabnya dengan tampang serius dan guratan agak kecewa.
Seingatnya jalan menuju ke wilayah Kecamatan yang berada di kaki Pegunungan Meratus itu, diperbaiki belasan tahun lalu saat Kabupaten Kotabaru dipimpin oleh Syahrani Mataya.
"Bupati setelahnya tak mengupayakan perbaikan jalan. Dan tampaknya Bupati yang baru terpilih inipun tak bisa diharap banyak," ucapnya dengan pandangan menerawang.
Ia pun terus berbicara seolah sedang mencurahkan isi hatinya. Ia membandingkan kondisi daerah Kabupaten Kotabaru dengan Tanah Bumbu, yang ia katakan maju pesat mesti baru berusia belasan tahun.
"Saya jadi iri bila sedang berada di Tanah Bumbu. Disini jalan-jalan bagus hingga ke pelosok desa, padahal usia kabupaten masih muda, jauh lebih dulu Kabupaten Kotabaru," ujarnya seolah mencari pembenaran dari Saya.
Menurut pria yang sangat memperhatikan pendidikan anaknya itu, sebenarnya tidaklah banyak keinginan warga seperti dirinya; minta Pemerintah memperhatikan masalah jalan, air bersih, ketersediaan listrik, sarana pendidikan dan kesehatan, soal lainnya menyusul.
Menyimak hasil obrolan kami itu Saya tersadar betapa sangat beratnya menjadi seorang Pemimpin. "Jika kamu seorang Pemimpin, maka kamu bertanggung jawab terhadap yang kamu pimpin." Pertanggung jawaban ini mesti berurusan dengan Tuhan kelak.
Dan Saya pun jadi teringat cerita tentang kepemimpinan Khalifah Umar Ibn Khattab, yang sangat takut jika rakyatnya tak terperhatikan hingga hal sekecil apapun. (ISP)
Pemimpin Umum/Redaksi
Beberapa hari lalu Saya mengobrol dengan seorang pria separuh baya yang sedang menunggu kedatangan seorang anaknya yang naik kapal laut dari Pelabuhan Tanjung Mas Semarang Jawa Tengah.
Kami pun sebentar menjadi akranb setelah terlebih dulu berkenalan. Ternyata pria itu merupakan warga satu desa di kaki Pegunungan Meratus yang masuk kawasan Kecamatan Hampang Kabupaten Kotabaru. Singkatnya pria itu merupakan warga etnis Dayak Meratus.
Mengetahui pria tersebut warga Kabupaten Kotabaru, pertama yang saya tanyakan adalah kondisi jalan dari ibukota kecamatan ke desanya, dan kondisi jalan keluar kecamatan.
"Jalan ke Hampang dari Cantung (Kelumpang Hulu, Red) kini tambah rusak, tak ada perbaikan yang berarti sejak sekian lama," jawabnya dengan tampang serius dan guratan agak kecewa.
Seingatnya jalan menuju ke wilayah Kecamatan yang berada di kaki Pegunungan Meratus itu, diperbaiki belasan tahun lalu saat Kabupaten Kotabaru dipimpin oleh Syahrani Mataya.
"Bupati setelahnya tak mengupayakan perbaikan jalan. Dan tampaknya Bupati yang baru terpilih inipun tak bisa diharap banyak," ucapnya dengan pandangan menerawang.
Ia pun terus berbicara seolah sedang mencurahkan isi hatinya. Ia membandingkan kondisi daerah Kabupaten Kotabaru dengan Tanah Bumbu, yang ia katakan maju pesat mesti baru berusia belasan tahun.
"Saya jadi iri bila sedang berada di Tanah Bumbu. Disini jalan-jalan bagus hingga ke pelosok desa, padahal usia kabupaten masih muda, jauh lebih dulu Kabupaten Kotabaru," ujarnya seolah mencari pembenaran dari Saya.
Menurut pria yang sangat memperhatikan pendidikan anaknya itu, sebenarnya tidaklah banyak keinginan warga seperti dirinya; minta Pemerintah memperhatikan masalah jalan, air bersih, ketersediaan listrik, sarana pendidikan dan kesehatan, soal lainnya menyusul.
Menyimak hasil obrolan kami itu Saya tersadar betapa sangat beratnya menjadi seorang Pemimpin. "Jika kamu seorang Pemimpin, maka kamu bertanggung jawab terhadap yang kamu pimpin." Pertanggung jawaban ini mesti berurusan dengan Tuhan kelak.
Dan Saya pun jadi teringat cerita tentang kepemimpinan Khalifah Umar Ibn Khattab, yang sangat takut jika rakyatnya tak terperhatikan hingga hal sekecil apapun. (ISP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.