KOTABARU, Warga mengingatkan dan menagih janji perbaikan jalan, air dan listrik.
Ini diungkapkan oleh warga dari setidaknya yang menghuni desa; Tanjung Samalantakan, Mulyodadi, Sakalimau, Talusi dan Gunung Calang Kecamatan Pamukan Selatan.
Sebut saja Pakde Noto, ia mengeluhkan jalan umum yang rusak berat menuju pusat pemerintahan kecamatan.
Menurutnya pula di Desa Sakalimau yang ia tinggali, sejak 30 tahun lalu hingga kini listrik yang janjinya selalu akan menyala, kini cuma tinggal tiang-tiang yang sebagian ada yang sudah miring nyaris roboh, serta kabel-kabel yang sebagian juga banyak yang dicuri orang.
"Disini sejak kami menempati pemukiman transmigrasi pada 1986, tak ada aliran listrik hingga sekarang. Masing-masing warga yang mampu, membeli mesin generator pembangkit listrik sendiri. Adapun warga yang tak mampu terpaksa memakai penerangan lampu 'ublek'," kata Pakde Noto.
Ditambahkan oleh warga lainnya, untuk bisa menikmati penerangan listrik, warga yang memiliki generator mesti merogoh setidaknya Rp 20 ribu per hari untuk membeli BBM.
"Janji Bupati waktu berkampanye yang katanya akan memperjuangkan listrik; hingga kini cuma tinggal janji," tutur seorang warga lainnya.
Dengan tak adanya penerangan listrik, desa pun seperti desa hantu di waktu malam, gelap. Yang lebih meresahkan warga adalah; rawannya kriminalitas.
"Karena gelap di waktu malam, sehingga tak jarang terjadi tindak kejahatan di waktu malam. Sudah ada beberapa warga desa yang disatroni maling dan perampok," ungkap beberapa warga.
Untuk mengantisipasi terjadi tindak kejahatan di waktu malam, warga pun melakukan ronda secara bergiliran. Warga beberapa desa yang berdekatan pun bergabung untuk melakukan jaga malam dan ronda, antara lain Desa Sakalimau Kecamatan Pamukan Selatan bergabung dengan Desa Basuang Kecamatan Sampanahan. (JCO)
Ini diungkapkan oleh warga dari setidaknya yang menghuni desa; Tanjung Samalantakan, Mulyodadi, Sakalimau, Talusi dan Gunung Calang Kecamatan Pamukan Selatan.
Sebut saja Pakde Noto, ia mengeluhkan jalan umum yang rusak berat menuju pusat pemerintahan kecamatan.
Menurutnya pula di Desa Sakalimau yang ia tinggali, sejak 30 tahun lalu hingga kini listrik yang janjinya selalu akan menyala, kini cuma tinggal tiang-tiang yang sebagian ada yang sudah miring nyaris roboh, serta kabel-kabel yang sebagian juga banyak yang dicuri orang.
"Disini sejak kami menempati pemukiman transmigrasi pada 1986, tak ada aliran listrik hingga sekarang. Masing-masing warga yang mampu, membeli mesin generator pembangkit listrik sendiri. Adapun warga yang tak mampu terpaksa memakai penerangan lampu 'ublek'," kata Pakde Noto.
Ditambahkan oleh warga lainnya, untuk bisa menikmati penerangan listrik, warga yang memiliki generator mesti merogoh setidaknya Rp 20 ribu per hari untuk membeli BBM.
"Janji Bupati waktu berkampanye yang katanya akan memperjuangkan listrik; hingga kini cuma tinggal janji," tutur seorang warga lainnya.
Dengan tak adanya penerangan listrik, desa pun seperti desa hantu di waktu malam, gelap. Yang lebih meresahkan warga adalah; rawannya kriminalitas.
"Karena gelap di waktu malam, sehingga tak jarang terjadi tindak kejahatan di waktu malam. Sudah ada beberapa warga desa yang disatroni maling dan perampok," ungkap beberapa warga.
Untuk mengantisipasi terjadi tindak kejahatan di waktu malam, warga pun melakukan ronda secara bergiliran. Warga beberapa desa yang berdekatan pun bergabung untuk melakukan jaga malam dan ronda, antara lain Desa Sakalimau Kecamatan Pamukan Selatan bergabung dengan Desa Basuang Kecamatan Sampanahan. (JCO)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarmu adalah gambaran isi kepalamu, maka diam lebih bijak daripada sok tahu.